Tempat
Pengembara Suci Singgah Menuju Tujuan
Rabu, 20 November 2013
Tgk Akthaillah bin Tgk H M Daud Syafi’e
Santri Dayah Al-Madinatuddiniyah Babussalam Blang Bladeh
Santri Dayah Al-Madinatuddiniyah Babussalam Blang Bladeh
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ الْحَمْدُ لِلَّهِ عَلَى إنْعَامِهِ ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَآلِهِ وَأَصْحَابِهِ هَذَا مَا دَعَتْ إلَيْهِ حَاجَةُ الْمُتَفَهِّمِينَ لِمِنْهَاجِ الْفِقْهِ مِنْ شَرْحٍ يُحِلُّ أَلْفَاظَهُ وَيُبَيِّنُ مُرَادَهُ ، وَيُتَمِّمُ مُفَادَهُ عَلَى وَجْهٍ لَطِيفٍ خَالٍ عَنْ الْحَشْوِ وَالتَّطْوِيلِ حَاوٍ لِلدَّلِيلِ وَالتَّعْلِيلِ ،
dengan nama allah
yang maha pengasih lagi maha penyayang, segala puji bagi allah atas memberi
nikmatnya dan shalawat dan salam atas panghulu kita nabi muhammad dan
keluarganya dan sahabatnya, ini sesuatu yang diseru kepadanya oleh kebutuhan
sejumlah orang yang ingin memahami minhaj fiqih # منهاج الطالبين # ,dari sebuah
syarah yang mengurai ia syarah akan segala lafadhnya minhaj fiqih , dan
menjelas ia syarah akan segala muradnya dan menyempurna ia akan segala
faedahnya atas bentuk yang kecil, yang sunyi ia syarah dari tidak beraturan dan
bertele-tele, yang meliputi ia bagi dalil dan i’lat. @ الْحَشْوِ dan التَّطْوِيلِ yang dimaksud adalah makna
istilah ilmu ma’ani @
وَاَللَّهَ أَسْأَلُ أَنْ يَنْفَعَ بِهِ وَهُوَ حَسْبِي وَنِعْمَ الْوَكِيلُ قَالَ الْمُصَنِّفُ رَحِمَهُ
اللَّهُ تَعَالَى ( بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ ) أَيْ أَفْتَتِحُ (
الْحَمْدُ لِلَّهِ ) هِيَ مِنْ صِيَغِ الْحَمْدِ وَهُوَ الْوَصْفُ بِالْجَمِيلِ
إذْ الْقَصْدُ بِهَا الثَّنَاءُ عَلَى اللَّهِ بِمَضْمُونِهَا مِنْ أَنَّهُ
مَالِكٌ لِجَمِيعِ الْحَمْدِ مِنْ الْخَلْقِ أَوْ مُسْتَحِقٌّ لِأَنْ يَحْمَدُوهُ
لَا الْإِخْبَارُ بِذَلِكَ ( الْبَرِّ ) بِالْفَتْحِ أَيْ الْمُحْسِنِ (
الْجَوَادِ ) بِالتَّخْفِيفِ أَيْ الْكَثِيرِ الْجُودِ أَيْ الْعَطَاءِ ( الَّذِي
جَلَّتْ ) أَيْ عَظُمَتْ ( نِعَمُهُ ) جَمْعُ نِعْمَةٍ بِمَعْنَى إنْعَامٍ ( عَنْ
الْإِحْصَاءِ ) أَيْ الضَّبْطِ ( بِالْأَعْدَادِ ) أَيْ بِجَمِيعِهَا
dan akan allah aku memohon akan
bahwa memberi manfaat ia allah dengannya syarah, dan dianya
allah itu yang maha mencukupi dan sebaik tempat berserah diri, berkatalah
pengarang kitab # imam nawawi # semoga merahmati akannya oleh allah ta’ala (
dengan nama allah yang maha pengasih lagi maha penyayang ) artinya aku membuka
( segala puji bagi allah ) dianyaالْحَمْدُ لِلَّهِ itu sebahagian dari bentuk pujian dan dianya pujian
itu mensifati dengan ke elokan karena maksud dengannya الْحَمْدُ لِلَّهِ itu memuji atas allah dengan
kandunganya الْحَمْدُ لِلَّهِ
dari pada bahwa allah itu pemilik bagi sekalian pujian dari makhluk atau itu
yang berhak bagi bahwa memuji oleh mereka makhluk akannya allah, bukan #
maksudnya الْحَمْدُ لِلَّهِ
# itu mengabarkan dengan demikian pujian ( yang berbuat baik ia allah ) # الْبَرِّ dibaca # dengan fatah # huruf ب #, artinya yang
berbuat baik ( yang maha pemberi ia allah ) # الْجَوَادِ dibaca #dengan takhfif artinya
yang banyak جُودِ
artinya memberi ( allazi
yang tinggilah ) artinya yang besarlah ( segala nikmatnya) # kata نِعَمُ
# itu jamak dari kata نِعْمَةٍ dengan makna memberi ( jauh dari
dapat mengukur ) artinya membatasi ( dengan sejumlah bilangan ) artinya dengan
segala bilangan.
( { وَإِنْ تَعُدُّوا نِعْمَةَ اللَّهِ لَا تُحْصُوهَا } )
( الْمَانِّ ) أَيْ الْمُنْعِمِ ( بِاللُّطْفِ ) أَيْ بِالْإِقْدَارِ عَلَى
الطَّاعَةِ ( وَالْإِرْشَادِ ) أَيْ الْهِدَايَةِ لَهَا ( الْهَادِي إلَى سَبِيلِ
الرَّشَادِ ) أَيْ الدَّالِ عَلَى طَرِيقِهِ وَهُوَ ضِدُّ الْغَيِّ ( الْمُوَفِّقِ
لِلتَّفَقُّهِ فِي الدِّينِ ) أَيْ الْمُقْدِرِ عَلَى التَّفَهُّمِ فِي
الشَّرِيعَةِ ( مَنْ لَطَفَ بِهِ ) أَيْ أَرَادَ بِهِ الْخَيْرَ ( وَاخْتَارَهُ )
لَهُ ( مِنْ الْعِبَادِ ) هَذَا مَأْخُوذٌ مِنْ حَدِيثِ الصَّحِيحَيْنِ { مَنْ
يُرِدْ اللَّهُ بِهِ خَيْرًا يُفَقِّهْهُ فِي الدِّينِ }
( dan jika kalian
menghitung akan nikmat allah, niscaya tidak sanggup kalian menghitung akanya
nikmat allah ) ( yang maha pemberi ia allah ) artinya yang memberi nikmat ia
allah ( dengan lembut ) artinya dengan memberi kesanggupan atas keta’atan ( dan
dengan petunjuk ) artinya hidayah kepadanya keta’atan ( yang menunjuki ia allah
kepada jalan terpetunjuk ) artinya yang menunjuki ia allah atas jalannya
petunjuk, dan dianya petunjuk itu lawan sesat ( yang memberi taufiq ia allah
bagi memahami pada agama ) artinya yang menguasakan ia allah atas memahami
dalam syariat ( akan orang yang berlemah lembut ia allah dengannya orang )
artinya yang mengkehendaki ia allah dengannya orang akan kebaikan ( dan memilih
ia allah akannya orang) baginya kebaikan ( dari segala hamba ) ini, itu
difahami dari hadish sahihaini # riwayat imam bukhari dan imam muslem #
( orang yang berkehendak oleh allah dengannya orang akan kebaikan, niscaya
memberi faham ia allah akannya orang dalam agama)
( أَحْمَدُهُ أَبْلَغَ حَمْدٍ ) أَيْ أَنْهَاهُ ( وَأَكْمَلَهُ وَأَزْكَاهُ )
أَيْ أَنْمَاهُ ( وَأَشْمَلَهُ ) أَيْ أَعَمَّهُ ,الْمَعْنَى أَصِفُهُ
بِجَمِيعِ صِفَاتِهِ إذْ كُلٌّ مِنْهَا جَمِيلٌ وَالْقَصْدُ بِذَلِكَ إيجَادُ
الْحَمْدِ الْمَذْكُورِ ، وَهُوَ أَبْلَغُ مِنْ حَمْدِهِ الْأَوَّلِ ، وَذَلِكَ
أَوْقَعُ فِي النَّفْسِ مِنْ حَيْثُ تَفْصِيلُهُ وَفِي حَدِيثِ مُسْلِمٍ وَغَيْرِهِ
{ إنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِينُهُ } أَيْ نَحْمَدُهُ ،
لِأَنَّهُ مُسْتَحِقٌّ لِلْحَمْدِ
( aku memuji akan
allah akan semubalaghah pujian) artinya akan sehabisnya pujian ( dan akan
sesempurnanya pujian dan akan sebersihnya pujian ) artinya akan semakin
bertambahnya pujian ( dan akan selengkapnya pujian ) artinya seumum – umumnya
pujian, bermula makna itu aku sifati akannya allah dengan segala sifatnya,
karena setiap dari segala sifat itu elok, dan maksud dengan demikian mensifati
itu mencipta pujian yang disebutkan, dan dianya memuji # dengan أَحْمَدُهُ
# itu lebih mubalaghah dari memujinya musannif pada permulaan, dan demikian #
memuji dengan الْحَمْدَ لِلَّهِ
# itu lebih teresapi dalam jiwa
dari segi terperincinya pujian. dan tersebut didalam hadish riwayat imam muslim
dan lainya, itu إنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِينُهُ artinya kami memuji akannya allah, karena
bahwa sungguhnya allah itu yang berhak bagi pujian.
( وَأَشْهَدُ ) أَيْ أَعْلَمُ ( أَنْ
لَا إلَهَ ) لَا مَعْبُودَ بِحَقٍّ فِي الْوُجُودِ ( إلَّا اللَّهُ ) الْوَاجِبُ
الْوُجُودِ ( الْوَاحِدُ ) أَيْ الَّذِي لَا تَعَدُّدَ لَهُ فَلَا يَنْقَسِمُ
بِوَجْهٍ ، وَلَا نَظِيرَ لَهُ ، فَلَا مُشَابَهَةَ بَيْنَهُ وَبَيْنَ غَيْرِهِ
بِوَجْهٍ ( الْغَفَّارُ ) أَيْ
السَّتَّارُ لِذُنُوبِ مَنْ أَرَادَ مِنْ عِبَادِهِ الْمُؤْمِنِينَ فَلَا
يُظْهِرُهَا بِالْعِقَابِ عَلَيْهَا ، وَلَمْ يَقُلْ الْقَهَّارُ بَدَلَ
الْغَفَّارِ لِأَنَّ مَعْنَى الْقَهْرِ مَأْخُوذٌ مِمَّا قَبْلَهُ إذْ مِنْ شَأْنِ
الْوَاحِدِ فِي مُلْكِهِ الْقَهْرُ .
( dan aku bersaksi )
artinya aku meyakini ( akan bahwa tiada tuhan ) tiada yang disembah dengan
sebenarnya pada kenyataan ( kecuali allah ) yang wajib wujud ( yang satu )
artinya allazi yang tiada berbilang-bilang baginya, maka tiada terbagi ia allah
dengan satu sisi pun dan tiada bandingan baginya allah, maka tiada persamaan
diantaranya allah dan diantara lainya allah dengan satu sisi pun ( yang maha
pengampun ) artinya yang menutupi ia allah bagi segala dosa orang yang
mengkehendaki ia allah dari pada segala hambanya yang mukmin mereka itu, maka
tiada memperlihat ia allah akan segala dosa dengan menyiksa atas segala dosa,
dan tiada berkata ia musannif dengan kalimat “ الْقَهَّارُ
“ sebagai pengganti “الْغَفَّارِ “ karena bahwa sungguh makna الْقَهَّارُ difahami dari perkara
sebelumnya, karena dari pada kedudukan الْوَاحِدِ
pada segala miliknya itu الْقَهْرُ .
( وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ الْمُصْطَفَى
الْمُخْتَارُ ) أَيْ مِنْ النَّاسِ لِيَدْعُوَهُمْ إلَى دِينِ الْإِسْلَامِ (
صَلَّى اللَّه وَسَلَم عَلَيْهِ وَزَادَهُ فَضْلًا وَشَرَفًا لَدَيْهِ ) أَيْ
عِنْدَهُ وَالْقَصْدُ بِذَلِكَ الدُّعَاءُ أَيْ اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ
عَلَيْهِ وَزِدْهُ . وَذَكَرَ التَّشَهُّدَ لِحَدِيثِ أَبِي دَاوُد وَالتِّرْمِذِيِّ { كُلُّ
خُطْبَةٍ لَيْسَ فِيهَا تَشَهُّدٌ فَهِيَ كَالْيَدِ الْجَذْمَاءِ } أَيْ
الْقَلِيلَةِ الْبَرَكَةِ
( dan aku bersaksi
akan bahwa sungguh muhammad itu hambanya allah dan rasulnya yang terpilih, yang
dipilih ) dari manusia, supaya menyeru ia muhammad akan mereka itu manusia
kepada agama islam ( merahmati oleh allah dan mensejahterai ia atasnya
muhammad, dan melebih ia allah akannya muhammad nisbah kelebihan dan kemuliaan
bagi sisinya allah ) artinya disisinya allah, dan maksud dengan demikian # صَلَّى اللَّه وَسَلَم عَلَيْهِ وَزَادَهُ فَضْلًا وَشَرَفًا لَدَيْهِ
# itu doa, artinya ya allah
berilah rahmat dan sejahtera atasnya muhammad dan berilah kelebihan akannya
muhammad, menyebut ia musannif akan tasyahud karena hadish imam abu daud dan
imam turmuzi ( setiap khutbah yang tiada padanya itu tasyahud maka dianya
khutbah seperti tangan yang budok / kusta ) artinya sedikit keberkatan.
( أَمَّا بَعْدُ ) أَيْ بَعْدَمَا تَقَدَّمَ ( فَإِنَّ الِاشْتِغَالَ
بِالْعِلْمِ ) الْمَعْهُودِ شَرْعًا الصَّادِقِ بِالْفِقْهِ وَالْحَدِيثِ
وَالتَّفْسِيرِ ( مِنْ أَفْضَلِ الطَّاعَاتِ ) لِأَنَّهَا مَفْرُوضَةٌ
وَمَنْدُوبَةٌ . وَالْمَفْرُوضُ أَفْضَلُ مِنْ الْمَنْدُوبِ ، وَالِاشْتِغَالُ بِالْعِلْمِ
مِنْهُ لِأَنَّهُ فَرْضُ كِفَايَةٍ ، وَفِي حَدِيثٍ حَسَّنَهُ التِّرْمِذِيُّ {
فَضْلُ الْعَالِمِ عَلَى الْعَابِدِ كَفَضْلِي عَلَى أَدْنَاكُمْ } ( وَ ) مِنْ (
أَوْلَى مَا أُنْفِقَتْ فِيهِ نَفَائِسُ الْأَوْقَاتِ ) وَهُوَ الْعِبَادَاتُ شَبَّهَ
شَغْلَ الْأَوْقَاتِ بِهَا بِصَرْفِ الْمَالِ فِي وُجُوهِ الْخَيْرِ الْمُسَمَّى
بِالْإِنْفَاقِ ، وَوَصَفَ الْأَوْقَاتَ بِالنَّفَاسَةِ لِأَنَّهُ لَا يُمْكِنُ
تَعْوِيضُ مَا يَفُوتُ مِنْهَا بِلَا عِبَادَةٍ ، وَأَضَافَ إلَيْهَا صِفَتَهَا
لِلسَّجْعِ ، وَقَدْ يُقَالُ : هُوَ مِنْ إضَافَةِ الْأَعَمِّ إلَى الْأَخَصِّ
كَمَسْجِدِ الْجَامِعِ ، وَلَا يَصِحُّ عَطْفُ أَوْلَى عَلَى مِنْ أَفْضَلِ
لِلتَّنَافِي بَيْنَهُمَا عَلَى هَذَا التَّقْدِيرِ
( adapun setelahnya )
artinya setelah perkara yang telah terdahulu ia perkara # pujian dan shalawat #
( maka sungguh bergelut dengan ilmu ) yang maklum dalam agama, yang terbenar ia
ilmu dengan fiqah dan hadish dan tafsir ( itu dari pada seutama segala
keta’atan) karena bahwa sungguhnya keta’atan itu diwajibkan dan disunnatkan, dan
yang diwajibkan itu lebih utama dari yang disunnatkan, dan bergelut dengan ilmu
itu sebahagian dari padanya yang diwajibkan, karena bahwa sungguhnya bergelut
itu fardhu kifayah, dan dalam hadish yang meng hassan akanya hadish oleh
imam turmuzhi ( kelebihan orang yang alim atas orang yang beribadah itu seperti
kelebihan aku atas serendah martabat dari kamu ( dan ) dari ( seaula perkara
yang diberikan padanya akan segala waktu yang bagus ) dan dianya perkara yang
diberikan padanya waktu itu ibadah,diserupakan akan menggunakan segala waktu
dengan ibadah, dengan menggunakan harta pada segala arah kebaikan, yang
dinamakan akanya menggunakan harta, dengan infaq, dan mensifati ia
musannif akan الْأَوْقَاتِ
dengan نَفَائِسُ, karena
bahwa sungguhnya hal wal syaan
tidak mungkin lah mengganti perkara yang luput ia perkara dari padanya segala
waktu dengan tiada beribadah, dan mengidhafah ia musannif kepadanya الْأَوْقَاتِ akan sifatnya # نَفَائِسُ # karena سَّجْعِ
dan terkadang dikatakan orang dianya idhafah itu dari pada idhafah umum
kepada khusus, seperti idhafah مَسْجِدِ
kepada الْجَامِعِ , dan tiada
sah meng’ataf أَوْلَى
atas مِنْ أَفْضَلِ
karena berlawanan diantara keduanya # أَوْلَى
dan مِنْ أَفْضَلِ
# atas ini takdir . @ hassan
dimaksud makna istilah ilmu mustalah hadish dan سَّجْعِ dimaksud makna istilah ilmu badi’
dan maksud mensifati الْأَوْقَاتِ dengan نَفَائِسُadalah kedudukan dasarnya sebelum
berbentuk idhafah karena memelihara سَّجْعِ
@
( وَقَدْ أَكْثَرَ أَصْحَابُنَا رَحِمَهُمُ اللَّهُ مِنْ التَّصْنِيفِ مِنْ
الْمَبْسُوطَاتِ وَالْمُخْتَصَرَاتِ ) فِي الْفِقْهِ وَالصُّحْبَةُ هُنَا
الِاجْتِمَاعُ فِي اتِّبَاعِ الْإِمَامِ الْمُجْتَهِدِ فِيمَا يَرَاهُ مِنْ
الْأَحْكَامِ مَجَازًا عَنْ الِاجْتِمَاعِ فِي الْعَشَرَةِ (
وَأَتْقَنُ مُخْتَصَرٍ الْمُحَرَّرُ لِلْإِمَامِ أَبِي الْقَاسِم ) إمَامِ
الدِّينِ عَبْدِ الْكَرِيمِ ( الرَّافِعِيِّ رَحِمَهُ اللَّهُ تَعَالَى )
مَنْسُوبٌ إلَى رَافِعِ بْنِ خَدِيجٍ الصَّحَابِيِّ كَمَا وُجِدَ بِخَطِّهِ فِيمَا
حَكَى رَحِمَهُ اللَّهُ ( ذِي التَّحْقِيقَاتِ ) الْكَثِيرَةِ فِي الْعِلْمِ
وَالتَّدْقِيقَاتِ الْغَزِيرَةِ فِي الدِّينِ ,مِنْ كَرَامَاتِهِ مَا
حُكِيَ أَنَّ شَجَرَةً أَضَاءَتْ عَلَيْهِ لَمَّا فَقَدَ وَقْتَ التَّصْنِيفِ مَا
يُسْرِجُهُ عَلَيْهِ
( dan sungguh
memperbanyak oleh para ashab kami, semoga dirahmati mereka itu oleh
allah, dari mengarang dari sejumlah kitab yang luas pembahasannya dan sejumlah
kitab ringkasan ) pada ilmu fiqh. dan الصُّحْبَةُ
disini itu berhimpun pada mengikuti imam mujtahid pada perkara yang berpendapat
ia imam mujtahid akanya perkara dari segala hukum, hal keadaannya # الصُّحْبَةُ dengan makna mengikuti pendapat
mujtahid # itu majaz dari berhimpun dalam
pergaulan ( dan yang terlebih kokoh mukhtasar itu الْمُحَرَّرُ bagi imam abi al-qaasim ) imamuddin
abdulkarim ( ar-rafi’e, semoga merahmati akannya ar-rafi’e oleh allah ta’ala )
dibangsakan kepada رَافِعِ بْنِ خَدِيجٍ الصَّحَابِيِّ seperti
diperdapati dengan tulisannya ar-rafi’e pada perkara yang menghikayah ia musannif
, semoga dirahmati akannya ar-rafi’e oleh allah ( yang memiliki sejumlah
tahqiqah ) yang banyak pada ilmu dan yang memiliki sejumlah tadqiqah yang
mendalam ia tadqiqah pada agama, sebahagian dari kemuliaanya imam rafi’e itu
perkara yang dihikayahkah orang akan bahwa sungguh ranting kayu bercahaya ia
atasnya imam ar-rafi’e manakala tiada pada waktu mengarang oleh bahan yang
menerangi ia akannya imam ar-rafi’e atasnya mengarang @ التَّحْقِيقُ adalah menyebut hukum dengan
menyebut dalil atau i’lat beserta menolak qawadeh dan التَّدْقِيقُ adalah menyebut dalil hukum
dengan menyebut dalinya dalil hukum @
( وَهُوَ ) أَيْ الْمُحَرَّرُ ( كَثِيرُ الْفَوَائِدِ عُمْدَةٌ فِي تَحْقِيقِ
الْمَذْهَبِ ) أَيْ مَا ذَهَبَ إلَيْهِ الشَّافِعِيُّ وَأَصْحَابُهُ مِنْ
الْأَحْكَامِ فِي الْمَسَائِلِ مَجَازًا عَنْ مَكَانِ الذَّهَابِ ( مُعْتَمَدٌ
لِلْمُفْتِي وَغَيْرِهِ مِنْ أُولِي الرَّغَبَاتِ ) أَيْ أَصْحَابِهَا ، وَهِيَ
بِفَتْحِ الْغَيْنِ جَمْعُ رَغْبَةٍ بِسُكُونِهَا ( وَقَدْ الْتَزَمَ مُصَنِّفُهُ
رَحِمَهُ اللَّهُ أَنْ يَنُصَّ ) فِي مَسَائِلِ الْخِلَافِ ( عَلَى مَا صَحَّحَهُ
مُعْظَمُ الْأَصْحَابِ ) فِيهَا ( وَوَفَّى ) بِالتَّخْفِيفِ وَالتَّشْدِيدِ (
بِمَا الْتَزَمَهُ ) حَسْبَمَا اطَّلَعَ عَلَيْهِ فَلَا يُنَافِي ذَلِكَ
اسْتِدْرَاكُهُ عَلَيْهِ التَّصْحِيحَ فِي الْمَوَاضِعِ الْآتِيَةِ ( وَهُوَ )
أَيْ مَا الْتَزَمَهُ ( مِنْ أَهَمِّ أَوْ ) هُوَ ( أَهَمُّ الْمَطْلُوبَاتِ )
لِطَالِبِ الْفِقْهِ مِنْ الْوُقُوفِ عَلَى الْمُصَحَّحِ مِنْ الْخِلَافِ فِي
مَسَائِلِهِ ( لَكِنْ فِي حَجْمِهِ ) أَيْ الْمُحَرَّرِ ( كَبُرَ يَعْجِزُ
حِفْظَهُ أَكْثَرُ أَهْلِ الْعَصْرِ ) أَيْ الرَّاغِبِينَ فِي حِفْظِ مُخْتَصَرٍ
فِي الْفِقْهِ ( إلَّا بَعْضَ أَهْلِ الْعِنَايَاتِ ) مِنْهُمْ فَلَا يَكْبُرُ ،
أَيْ يَعْظُمُ عَلَيْهِ حِفْظُهُ
( dan dianya )
artinya muharrar (itu banyak faedah, itu penting pada mentahqiq mazhab
), artinya perkara yang berpendapat kepadanya perkara oleh imam syafi’e dan
oleh para sahabatnya dari segala hukum pada segala persoalan, hal keadaan #
mazhab dengan makna pendapat imam syafi’i # itu majaz dari tempat berjalan (
itu yang dipedomani bagi mufti dan lainnya mufti dari semua orang yang gemar )
artinya pemiliknya kegemaran, dan dianya الرَّغَبَاتِ
dengan fathah غ
itu jamak dari رَغْبَةٍ
dengan sukunnya غ ( dan sungguh melazimi oleh musannif nya muharrar,
semoga merahmati akannya musannif oleh allah, akan bahwa mengnash ia musannif )
pada segala persoalan khilaf ( atas perkara yang telah mentasheh akannya khilaf
oleh kebanyakan ashab ) padanya
segala persoalan ( dan menunai ia musannif ) # وَفَّى dibaca # dengan takhfif atau
tasydit ( dengan perkara yang melazimi ia musannif akannya perkara ) sekira
perkara yang nyata ia perkara atasnya musannif, maka tidak berlawanan pada
demikian # perkara yang imam rafi’i lazimi # oleh istidrak nya imam nawawi
atasnya imam rafi’i akan pentashehan pada beberapa tempat yang selagi akan
datang ( dan dianya ) artinya perkara yang melazim ia musannif akannya ( itu
dari yang penting, bahkan ) dianya perkara ( itu terlebih penting dari segala
perkara yang di tuntutkan ) bagi penuntut ilmu fiqah dari berpijak diatas
pendapat yang ditashehkan dari khilaf pada segala persoalannya fiqah ( tetapi
pada bentuk nya ) artinya al-muharrar ( itu besar dari bahwa lemah lah
menghafalnya oleh kebanyakan ahli masa ) artinya orang yang gemar pada
menghafal mukhtasar dalam ilmu fiqah ( kecuali sebahagian ahli yang cerdik )
dari mereka itu ahli masa, maka tidak besar ia menghafal, artinya tidak besar
atasnya orang yang cerdik oleh menghafalnya mukhtasar. @ istidrak adalah
berbeda pendapat yang ditarjeh imam nawawi terhadap pendapat yang dinash imam
rafi'e berdasarkan tasheh kebanyakan ashab, ini tidak menjadi asumsi bahwa imam
rafi'e dan ashab keliru, tetapi perbedaan ini hanya atas dasar sejumlah dalil
yang diperdapati oleh mereka ketika mentarjeh @.
( فَرَأَيْت ) مِنْ الرَّأْيِ فِي الْأُمُورِ الْمُهِمَّةِ ( اخْتِصَارَهُ )
بِأَنْ لَا يَفُوتَ شَيْءٌ مِنْ مَقَاصِدِهِ ( فِي نَحْوِ نِصْفِ حَجْمِهِ ) هُوَ
صَادِقٌ بِمَا وَقَعَ فِي الْخَارِجِ مِنْ الزِّيَادَةِ عَلَى النِّصْفِ بِيَسِيرٍ
( لِيَسْهُلَ حِفْظُهُ ) أَيْ الْمُخْتَصَرِ لِكُلِّ مَنْ يَرْغَبُ فِي حِفْظِ
مُخْتَصَرٍ ( مَعَ مَا ) أَيْ مَصْحُوبًا ذَلِكَ الْمُخْتَصَرُ بِمَا ( أَضُمُّهُ
إلَيْهِ إنْ شَاءَ اللَّهُ تَعَالَى ) فِي
أَثْنَائِهِ . وَبِذَلِكَ قَرُبَ مِنْ ثَلَاثَةِ أَرْبَاعِ أَصْلِهِ كَمَا قِيلَ ( مِنْ
النَّفَائِسِ الْمُسْتَجَادَاتِ ) أَيْ الْمُسْتَحْسَنَاتِ
( maka aku
berpendapat ) # lafadh رَأَيْت
diambil # dari
lafadh الرَّأْيِ , pada
segala perkara penting ( akan meringkasnya muharrar ) dengan bahwa tiada
luputlah sesuatu dari pada segala maksudnya muharrar ( pada seumpama #
kadar # setengah bentuknya muharrar ) dianya نَحْوِ نِصْفِ terbenar dengan perkara yang terjadi ia perkara pada
kenyataan, dari pada lebih atas setengah, dengan kadar sedikit ( supaya mudah
lah menghafalnya ) artinya mukhtasar, bagi setiap orang yang gemar ia orang
pada menghafal mukhtasar ( beserta perkara ) artinya hal keadaan menyertai
demikian mukhtasar dengan perkara ( yang aku campur akanya perkara kepadanya
mukhtasar, jika mengkehendaki oleh allah ta’ala ) pada pertengahan nya
mukthasar, dan dengan demikian yang dicampur, hampir ia mukhtasar dari pada bentuk asalnya mukhtasar, seperti perkara yang
dikatakan orang ( dari النَّفَائِسِ
الْمُسْتَجَادَاتِ ) artinya yang dianggap sangat
bagus.
( مِنْهَا التَّنْبِيهُ عَلَى قُيُودٍ فِي بَعْضِ الْمَسَائِلِ ) بِأَنْ
تُذْكَرَ فِيهَا ( هِيَ مِنْ الْأَصْلِ مَحْذُوفَاتٌ ) أَيْ مَتْرُوكَاتٌ
اكْتِفَاءً بِذِكْرِهَا فِي الْمَبْسُوطَاتِ
(
وَمِنْهَا مَوَاضِعُ يَسِيرَةٌ ) نَحْوُ خَمْسِينَ مَوْضِعًا ( ذَكَرَهَا فِي
الْمُحَرَّرِ عَلَى خِلَافِ الْمُخْتَارِ فِي الْمَذْهَبِ ) الْآتِي ذِكْرُهُ
فِيهَا مُصَحَّحًا ( كَمَا سَتَرَاهَا إنْ شَاءَ اللَّهُ تَعَالَى ) فِي
مُخَالَفَتِهَا لَهُ نَظَرًا لِلْمَدَارِكِ ( وَاضِحَاتٍ ) فَذِكْرُ الْمُخْتَارِ
فِيهَا هُوَ الْمُرَادُ ، وَلَوْ عَبَّرَ بِهِ أَوَّلًا كَانَ حَسَنًا
( sebahagian dari
padanya nafaisul musstajadat itu memberitahu atas beberapa kaid pada
sebahagian persoalan ) dengan bahwa disebutkan akan beberapa kaid padanya
sebahagian persoalan ( dianya beberapa kaid dari asal # muharrar # itu yang
dibuangkan ) artinya ditinggalkan, karena dipadai dengan menyebutnya beberapa
kaid dalam sejumlah kitab yang luas pembahasannya ( dan sebahagian dari padanya
nafaisul musstajadat itu beberapa
tempat yang sedikit ) sekitar 50 tempat ( yang menyebut ia musannif # imam
rafi’i # akannya sebahagian persoalan didalam kitab muharrar atas kebalikan
pendapat terpilih di dalam mazhab ) # beberapa tempat # yang selagi datanglah
menyebutnya khilaf mukhtar padanya beberapa tempat, hal keadaannya khilaf
mukhtar itu yang ditashehkan ( seperti perkara yang selagi akan kamu
ketahui akannya perkara, jika allah taa’la mengkehendaki ) pada berlawanannya
sebahagian persoalan, baginya musannif #
iman nawawi # karena memperhatikan kepada sejumlah dalil ( akan yang sangat
jelas ianya persoalan ) maka menyebut pendapat mukhtar padanya
sebahagian persoalan itu yang dimaksudkan, dan jika mengibarat ia musannif
dengannya lafadh الْمُخْتَارِ pada permulaannya ,sungguh ada ia nya ibarat
itu lebih bagus.
( وَمِنْهَا إبْدَالُ مَا كَانَ مِنْ أَلْفَاظِهِ غَرِيبًا ) أَيْ غَيْرَ
مَأْلُوفِ الِاسْتِعْمَالِ ( أَوْ مُوهِمًا ) أَيْ مُوقِعًا فِي الْوَهْمِ أَيْ
الذِّهْنَ ( خِلَافَ الصَّوَابِ ) أَيْ الْإِتْيَانُ بَدَلَ ذَلِكَ ( بِأَوْضَحَ
وَأَخْصَرَ مِنْهُ بِعِبَارَاتٍ جَلِيَّاتٍ ) أَيْ ظَاهِرَاتٍ فِي أَدَاءِ
الْمُرَادِ ، وَأَدْخَلَ الْبَاءَ بَعْدَ لَفْظِ الْإِبْدَالِ عَلَى الْمَأْتِيِّ
بِهِ مُوَافَقَةً لِلِاسْتِعْمَالِ الْعُرْفِيِّ وَإِنْ كَانَ خِلَافَ
الْمَعْرُوفِ لُغَةً مِنْ إدْخَالِهَا عَلَى الْمَتْرُوكِ نَحْوَ : أَبْدَلْت
الْجَيِّدَ بِالرَّدِيءِ ، أَيْ أَخَذْت الْجَيِّدَ بَدْلَ الرَّدِيءِ .
( dan sebahagian dari
padanya nafaisul musstajadat itu
mengganti perkara yang ada ia perkara dari pada sejumlah lafadhnya muharrar
itu gharib ) artinya # lafadh gharib adalah lafadh # yang tidak sering
digunakan ( atau itu yang menimbulkan waham
) artinya # sejumlah lafadh # yang menjatuhkan pemahaman kedalam waham
artinya pikiran ( akan kebalikan benar ) artinya memperdatang akan sebagai
pengganti demikian ( dengan # lafadh # yang terlebih jelas dan terlebih ringkas
dari padanya # lafadh gharib dan yang
mewaham #, dengan sejumlah ibarat yang terang ) artinya yang dhahir ia ibarat
pada menunaikan maksud, dan meletak ia musannif # imam nawawi # akan huruf بَ setelah lafadh الْإِبْدَالِ
atas # maksud # yang didatangkan karena mengikuti pemakaian ahli uruf,
sekalipun ada ia meletakkan itu kebalikan dari yang terbiasa pada lughat, dari
pada meletakkan huruf بَ
atas # maksud # yang ditinggalkan, seperti أَبْدَلْت الْجَيِّدَ
بِالرَّدِيءِ artinya aku mengambil akan yang
baik akan sebagai pengganti yang buruk.@ pemakaian بَ huruf jar, secara lugath disertaikan dengan sesuatu
yang ditinggalkan, tidak disertaikan huruf بَ
dengan sesuatu yang diambil, sedangkan pemakaian u’rufi, huruf بَ disertaikan dengan sesuatu yang akan di ambil, contoh
أَبْدَلْت الْجَيِّدَ بِالرَّدِيءِ , menurut
pemakaian lugaht artinya aku mengganti akan yang baik dengan meninggalkan yang
buruk, sedangkan menurut u’rufi artinya aku mengganti akan yang baik dengan
mengambil yang buruk @
( وَمِنْهَا بَيَانُ الْقَوْلَيْنِ وَالْوَجْهَيْنِ وَالطَّرِيقَيْنِ
وَالنَّصِّ وَمَرَاتِبِ الْخِلَافِ ) قُوَّةً وَضَعْفًا فِي الْمَسَائِلِ ( فِي
جَمِيعِ الْحَالَاتِ ) بِخِلَافِ الْمُحَرَّرِ فَتَارَةً يُبَيِّنُ نَحْوَ أَصَحِّ
الْقَوْلَيْنِ وَأَظْهَرِ الْوَجْهَيْنِ ، وَتَارَةً لَا يُبَيِّنُ نَحْوَ
الْأَصَحِّ وَالْأَظْهَرِ
( dan
sebahagian dari padanya nafaisul musstajadat itu menjelaskan segala قول dan وجه dan طريق dan نص dan martabat khilaf
) nisbah kuat dan lemah pada sejumlah persoalan ( pada segala tempat )
dengan kebalikan muharrar, maka suatu ketika menjelaskan ia muharrar
akan seumpama أَصَحُّ الْقَوْلَيْنِ
dan أَظْهَرُ الْوَجْهَيْنِ
dan suatu ketika yang lain tidak menjelaskan ia muharrar akan seumpamaالْأَصَحُّ dan الْأَظْهَرُ
. @ dalam muharrar, pendapat kuat terkadang tidak ditandai dan juga
tidak diperdapati istilah baku untuk menandai pendapat kuat dari khilaf قول atau khilaf وجه @
( فَحَيْثُ أَقُولُ فِي الْأَظْهَرِ أَوْ الْمَشْهُورِ فَمِنْ الْقَوْلَيْنِ
أَوْ الْأَقْوَالِ ) لِلشَّافِعِيِّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ ( فَإِنْ قَوِيَ
الْخِلَافُ ) لِقُوَّةِ مُدْرَكِهِ ( قُلْت الْأَظْهَرُ ) الْمُشْعِرُ بِظُهُورِ
مُقَابِلِهِ ( وَإِلَّا فَالْمَشْهُورُ ) الْمُشْعِرُ بِغَرَابَةِ مُقَابِلِهِ
لِضَعْفِ مُدْرَكِهِ .
( maka sekira tempat
aku berkata فِي الْأَظْهَرِ atau فِي الْمَشْهُورِ ,niscaya maka itu dari pada dua buah قول atau banyak قول ) bagi imam syafi’i, semoga
merahmati oleh allah dari padanya imam syafi’i ( maka jika kuatlah khilaf )
karena kuat dalilnya khilaf ( niscaya aku berkata الْأَظْهَرُ ) yang memberitahu ia الْأَظْهَرُ dengan dhahir kedudukan
muqabilnya ( dan jika tidak kuat khilaf, maka niscaya # aku berkata # الْمَشْهُورُ) yang memberitahu ia الْمَشْهُورُ dengan lemah kedudukan
muqabilnya, karena lemah kedudukan dalilnya khilaf. @ jika diperdapati khilaf
pada pendapat yang diistilahkan قول
maka قول yang kuat
diantaranya ditandai dengan istilah الْأَظْهَرُ
atau الْمَشْهُورُ , namun
istilah keduanya berbeda kedudukan pada pemakaiannya, jika kedudukan khilaf
diantara قول sangat
kuat, maka قول
yang sangat kuat ditandai dengan istilah الْأَظْهَرُ
dan jika kedudukan khilaf diantara قول
tidak kuat, maka قول yang kuat diantaranya ditandai
dengan istilah الْمَشْهُورُ
, kuat dan tidak kuat nya khilaf ditinjau dari segi kedudukan dalil setiap
pendapat yang berkhilaf @
( وَحَيْثُ أَقُولُ الْأَصَحُّ أَوْ الصَّحِيحُ فَمِنْ الْوَجْهَيْنِ أَوْ الْأَوْجُهِ )
لِلْأَصْحَابِ يَسْتَخْرِجُونَهَا مِنْ كَلَامِ الشَّافِعِيِّ رَضِيَ اللَّهُ
عَنْهُ ( فَإِنْ قَوِيَ الْخِلَافُ قُلْت الْأَصَحُّ وَإِلَّا فَالصَّحِيحُ )
وَلَمْ يُعَبِّرْ بِذَلِكَ فِي الْأَقْوَالِ تَأَدُّبًا مَعَ الْإِمَامِ
الشَّافِعِيِّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ كَمَا قَالَ ، فَإِنَّ الصَّحِيحَ مِنْهُ
مُشْعِرٌ بِفَسَادِ مُقَابِلِهِ .
( dan sekira tempat
aku berkata الْأَصَحُّ
atau الصَّحِيحُ , niscaya maka itu dari pada dua
وجه atau beberapa وجه ) bagi para ashabi #
sejumlah murid imam syafi’i # yang mengeluarkan # pemahaman # mereka itu
akannya sejumlah pendapat yang khilaf, dari sumber perkataan imam syafi’i,
semoga merahmati oleh allah dari padanya imam syafi’i ( maka jika kuatlah
khilaf, niscaya aku berkata الْأَصَحُّ
dan jika tidak kuat
khilaf, maka niscaya # aku berkata # الصَّحِيحُ
) dan tiada
mengibarat ia musannif # imam nawawi # dengan demikian الْأَصَحُّ
atau الصَّحِيحُ pada kedudukan khilaf sejumah قول karena memelihara adab dengan
imam syafi’i, semoga merahmati oleh allah dari padanya imam syafi’i, seperti
perkara yang telah berkata ia musannif # imam nawawi # “ maka bahwa sungguh الصَّحِيحُ dari padanya khilaf itu
memberitahu ia nya الصَّحِيحُ
dengan fased kedudukan muqabilnya
”. @ jika diperdapati
khilaf pada perdapat yang diistilahkan وجه
maka pendapat yang kuat diantaranya, ditandai dengan istilah الْأَصَحُّ atau الصَّحِيحُ , namun istilah keduanya berbeda
kedudukan pemakaiannya, jika kedudukan khilaf diantara وجه sangat kuat, maka وجه yang sangat kuat ditandai dengan istilah الْأَصَحُّ dan jika kedudukan khilaf
diantara وجه tidak kuat, maka وجه yang kuat diantaranya ditandai dengan istilah الصَّحِيحُ dan muqabilnya dianggap pendapat
fased, kuat dan tidak kuat nya khilaf ditinjau dari segi kedudukan dalil setiap
pendapat yang berkhilaf @.
( وَحَيْثُ أَقُولُ الْمَذْهَبُ فَمِنْ الطَّرِيقَيْنِ أَوْ الطُّرُقِ )
وَهِيَ اخْتِلَافُ الْأَصْحَابِ فِي حِكَايَةِ الْمَذْهَبِ كَأَنْ يَحْكِيَ
بَعْضُهُمْ فِي الْمَسْئَلَةِ قَوْلَيْنِ أَوْ وَجْهَيْنِ لِمَنْ تَقَدَّمَ ،
وَيَقْطَعَ بَعْضُهُمْ بِأَحَدِهِمَا ثُمَّ الرَّاجِحُ الَّذِي عَبَّرَ عَنْهُ
بِالْمَذْهَبِ إمَّا طَرِيقُ الْقَطْعِ أَوْ الْمُوَافِقِ لَهَا مِنْ طَرِيقِ
الْخِلَافِ أَوْ الْمُخَالِفِ لَهَا كَمَا سَيَظْهَرُ فِي الْمَسَائِلِ ، وَمَا
قِيلَ مِنْ أَنَّ مُرَادَهُ الْأَوَّلُ وَأَنَّهُ الْأَغْلَبُ مَمْنُوعٌ
( dan sekira tempat
aku berkata الْمَذْهَبُ
, niscaya maka dari
pada dua طريق atau beberapa طريق ) dan dianya dua atau beberapa طريق itu perbedaan sejumlah ashabi
pada memberitakan الْمَذْهَبُ , seperti bahwa menghikayah oleh
sebahagian ashabi pada satu masalah akan dua قول atau dua وجه
bagi orang yang
terdahulu, dan mengqata’ # meyakini hanya itu saja # oleh sebahagian ashabi
yang lain dengan salah satu dari dua قول
atau وجه , kemudian pendapat yang kuat
yang mengibarat ia musannif dari padanya pendapat dengan istilah الْمَذْهَبُ itu adakalanya طَرِيقُ الْقَطْعِ atau طَرِيقُ yang sesuai baginya طَرِيقُ الْقَطْعِ dari pada bahagian طَرِيقِ الْخِلَافِ atau # طَرِيقُ # yang berlawanan baginya
طَرِيقُ الْقَطْعِ , seperti perkara yang selagi
akan dhahir ia perkara pada sejumah persoalan, dan perkara yang dikatakan orang
dari pada bahwa “ maksudnya الْمَذْهَبُ
itu yang pertama # طَرِيقُ الْقَطْعِ # dan bahwa nya طَرِيقُ الْقَطْعِ itu yang kebiasanya # الْمَذْهَبُ #” itu pendapat yang
ditolak. @ istilah طريق
adalah perbedaan
ashabi sa’at mengabarkan pendapat الْمَذْهَبُ
, imam nawawi kemudian mentarjeh perbedaan hikayah ashabi tersebut dengan
menggunakan istilah الْمَذْهَبُ
pada pendapat yang
kuat dalam mazhab syafi’i berdasarkan sejumlah dalil yang dhahir disisi imam
nawawi, secara umum ketika disebut الْمَذْهَبُ
dapat difahami ada
nya dua طريق yaitu طَرِيقُ الْقَطْعِ dan طَرِيقِ الْخِلَافِ , maksud طَرِيقُ الْقَطْعِ adalah ashabi mengabarkan bahwa
pada suatu persoalan hanya diperdapati satu saja pendapat. طَرِيقُ الْقَطْعِ bisa saja diperdapati lebih dari
satu dengan sebab terdapat beberapa ashabi yang mengabarkannya. maksud طَرِيقِ الْخِلَافِ adalah ashabi mengabarkan bahwa
pada suatu persolan terdapat beberapa pendapat. pendapat yang ditandai الْمَذْهَبُ bisa merupakan pendapat yang
disebut طَرِيقُ الْقَطْعِ atau yang disebut طَرِيقِ الْخِلَافِ dan jika yang ditandai الْمَذْهَبُ adalah pendapat yang disebut طَرِيقِ الْخِلَافِ maka terdapat istilah طريق الخلاف الموافق للطريق القطع dan طريق الخلاف المخالف للطريق القطع , maksud طريق الخلاف الموافق للطريق القطع adalah pendapat yang ditandai الْمَذْهَبُ sama isinya dengan طَرِيقُ الْقَطْعِ dan maksud طريق الخلاف المخالف للطريق القطع adalah pendapat yang ditandai الْمَذْهَبُ berbeda isinya dengan طَرِيقُ الْقَطْعِ @
( وَحَيْثُ أَقُولُ النَّصُّ فَهُوَ نَصُّ
الشَّافِعِيِّ رَحِمَهُ اللَّهُ وَيَكُونُ هُنَاكَ ) أَيْ مُقَابِلُهُ ( وَجْهٌ
ضَعِيفٌ أَوْ قَوْلٌ مُخَرَّجٌ ) مِنْ نَصٍّ لَهُ فِي نَظِيرِ الْمَسْئَلَةِ لَا
يُعْمَلُ بِهِ .
( dan sekira tempat
aku berkata النَّصُّ
niscaya maka dianya النَّصُّ itu nash imam syafi’i, semoga
merahmati akannya imam syafi’i oleh allah, dan adalah disana ) artinya yang
berlawanannya ( itu وَجْهٌ
yang lemah atau قَوْلٌ مُخَرَّجٌ
) dari pada nash baginya imam syafi’i pada
kedudukan masalah yang tidak boleh diamalkan dengannya .@ النَّصُّ adalah pendapat imam syafi’i yang
hanya satu pada suatu persoalan, قَوْلٌ مُخَرَّجٌ adalah pendapat yang difahami ashabi dari perkataan
imam syafi’i ketika imam syafi’i menjawab dengan النَّصُّ yang berbeda pada setiap persoalan dari dua persoalan yang berbeda, namun karena
terdapat sisi kesamaan dari dua persoalan tersebut dan tidak dhahir perbedaan
diantara persoalan keduanya dalam pemahaman para ashabi, maka ashabi menyebut
bahwa pada setiap persoalan terdapat dua pendapat imam syafi’i, kemudian pada
sebahagian tempat diibaratبالنقل dengan maksud النَّصُّ dan بالتخريج dengan maksud قَوْلٌ مُخَرَّجٌ @
( وَحَيْثُ أَقُولُ الْجَدِيدُ فَالْقَدِيمُ خِلَافُهُ
أَوْ الْقَدِيمُ أَوْ فِي قَوْلٍ قَدِيمٍ فَالْجَدِيدُ خِلَافُهُ ) . وَالْقَدِيمُ مَا
قَالَهُ الشَّافِعِيُّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ بِالْعِرَاقِ ، وَالْجَدِيدُ مَا
قَالَهُ بِمِصْرَ ، وَالْعَمَلُ عَلَيْهِ إلَّا فِيمَا يُنَبِّهُ عَلَيْهِ
كَامْتِدَادِ وَقْتِ الْمَغْرِبِ إلَى مَغِيبِ الشَّفَقِ الْأَحْمَرِ فِي
الْقَدِيمِ كَمَا سَيَأْتِي .
( dan sekira tempat
aku berkata الْجَدِيدُ
niscaya maka الْقَدِيمُ itu kebalikannya atau # sekira
tempat aqu berkata # الْقَدِيمُ
atau فِي قَوْلٍ قَدِيمٍ niscaya maka الْجَدِيدُ itu kebalikannya ) dan الْقَدِيمُ itu pendapat yang berkata akannya
oleh imam syafi’i, semoga merahmati oleh allah dari padanya, saat berada
diwilayah iraq, dan الْجَدِيدُ
itu pendapat yang
berkata ia nya imam syafi’i akannya saat berada diwilayah mesir, dan beramal
itu atasnya الْجَدِيدُ
kecuali pada perkara
yang memberi tahu ia musannif # imam nawawi # atasnya perkara, seperti
berkepanjangan waktu shalat magrib hingga terbenam syafa’k yang merah # mega
lembayung # pada pendapat الْقَدِيمِ
seperti perkara yang
selagi akan datang. @ الْقَدِيمِ
adalah pendapat yang
difatwa imam syafi’i semasa di iraq dan الْجَدِيدُ adalah pendapat yang difatwa imam
syafi’i semasa di mesir, istilah ini umumnya diperdapati pada fatwa imam
syafi’i yang berlainan ketika berada di iraq dan di mesir dan terkadang juga
istilah ini diperdapati pada fatwa imam syafi’i yang sama ketika berada diiraq
dan dimesir ,penyebab imam syafi’i berlainan fatwa adalah berdasarkan perbedaan
sejumlah dalil yang ia diperdapati ketika mengeluarkan fatwa @
(
وَحَيْثُ أَقُولُ : وَقِيلَ كَذَا ، فَهُوَ وَجْهٌ ضَعِيفٌ ، وَالصَّحِيحُ أَوْ
الْأَصَحُّ خِلَافُهُ وَحَيْثُ أَقُولُ : وَفِي قَوْلٍ كَذَا فَالرَّاجِحُ
خِلَافُهُ ) وَيَتَبَيَّنُ قُوَّةُ الْخِلَافِ وَضَعْفُهُ مِنْ مُدْرَكِهِ
( dan sekira tempat
aku berkata وَقِيلَ كَذَا
niscaya maka dianya وَقِيلَ كَذَا itu pendapat وَجْهٌ yang lemah, dan الصَّحِيحُ atau الْأَصَحُّ itu kebalikannya, dan sekira
tempat aku berkata وَفِي قَوْلٍ كَذَا
niscaya maka pendapat
yang kuat itu kebalikannya) dan nyatalah kuat khilaf dan lemahnya khilaf dari
dalinya.
( وَمِنْهَا مَسَائِلُ نَفِيسَةٌ
أَضُمُّهَا إلَيْهِ ) أَيْ إلَى الْمُخْتَصَرِ فِي مَظَانِّهَا ( يَنْبَغِي أَنْ
لَا يُخْلَى الْكِتَابُ ) أَيْ الْمُخْتَصَرُ وَمَا يُضَمُّ إلَيْهِ ( مِنْهَا )
صَرَّحَ بِوَصْفِهَا الشَّامِلِ لَهُ مَا تَقَدَّمَ ، وَزَادَ عَلَيْهِ إظْهَارًا
لِلْعُذْرِ فِي زِيَادَتِهَا فَإِنَّهَا عَارِيَّةٌ
عَنْ التَّنْكِيتِ بِخِلَافِ مَا قَبْلَهَا
( dan sebahagian dari
padanya nafaisul musstajadat itu مَسَائِلُ نَفِيسَةٌ
yang aku campur akannya masalah kedalamnya ) artinya kedalam mukhtasar pada
tempat yang dianggap perlunya مَسَائِلُ نَفِيسَةٌ
( yang seyogia oleh bahwa tiada
sunyilah kitab ) artinya mukhtasar dan perkara yang dicampurkan kedalamnya
mukhtasar # nafaisul musstajadat # ( dari padanya مَسَائِلُ نَفِيسَةٌ) menyebut jelas ia
musannif # imam nawawi # dengan sifatnya مَسَائِلُ نَفِيسَةٌ
yang melengkapi
baginya sifat oleh perkara # nafaisul musstajadat # yang telah terdahulu
ia perkara dan melebih ia musannif atasnya perkara terdahulu karena
mengdhahirkan bagi memohon ma’af pada melebihkanya مَسَائِلُ نَفِيسَةٌ , karena bahwa sungguhnya
melebihkan مَسَائِلُ نَفِيسَةٌ
itu sunyi dari pada
mengkritik # imam rafi’i #, dengan kebalikan perkara # nafaisul musstajadat
# sebelumnya.
( وَأَقُولُ فِي أَوَّلِهَا قُلْت وَفِي آخِرِهَا ، وَاَللَّهُ أَعْلَمُ )
لِتَتَمَيَّزَ عَنْ مَسَائِلِ الْمُحَرَّرِ ، وَقَدْ قَالَ مِثْلَ ذَلِكَ فِي
اسْتِدْرَاكِ التَّصْحِيحِ عَلَيْهِ ، وَقَدْ زَادَ عَلَيْهِ مِنْ غَيْرِ
تَمْيِيزٍ كَقَوْلِهِ فِي فَصْلِ الْخَلَاءِ وَلَا يَتَكَلَّمُ
( dan aku berkata
pada permulaan nya masailun nafisah
قُلْتُ
dan pada akhirnya masailun nafisah وَاَللَّهُ أَعْلَمُ
) supaya
terbeda ia masailun nafisah dari
pada sejumlah masalah dalam muharrar, dan sungguh berkata ia musannif akan
seumpama demikian # permulaan قُلْتُ
dan akhirnya وَاَللَّهُ أَعْلَمُ # pada menukar # membalek #
tasheh atasnya muharrar, dan terkadang melebih ia musannif atasnya
muharrar dari pada tiada membedakan # memberitahu bahwa itu yang dilebih dari muharrar
# seperti perkataannya musannif pada فَصْلِ الْخَلَاءِ
“ وَلَا يَتَكَلَّمُ
“ # juz I hal 41 #.
( وَمَا وَجَدْته ) أَيُّهَا النَّاظِرُ فِي هَذَا الْمُخْتَصَرِ ( مِنْ
زِيَادَةِ لَفْظَةٍ وَنَحْوِهَا عَلَى مَا فِي الْمُحَرَّرِ فَاعْتَمِدْهَا فَلَا
بُدَّ مِنْهَا ) كَزِيَادَةِ كَثِيرٍ وَفِي عُضْوٍ ظَاهِرٍ فِي قَوْلِهِ فِي
التَّيَمُّمِ إلَّا أَنْ يَكُونَ بِجُرْحِهِ دَمٌ كَثِيرٌ أَوْ الشَّيْنُ
الْفَاحِشُ فِي عُضْوٍ ظَاهِرٍ .
(
وَكَذَا مَا وَجَدْته مِنْ الْأَذْكَارِ مُخَالِفًا لِمَا فِي الْمُحَرَّرِ
وَغَيْرِهِ مِنْ كُتُبِ الْفِقْهِ فَاعْتَمِدْهُ فَإِنِّي حَقَّقْته مِنْ كُتُبِ
الْحَدِيثِ الْمُعْتَمَدَةِ ) فِي نَقْلِهِ لِاعْتِنَاءِ أَهْلِهِ بِلَفْظِهِ
بِخِلَافِ الْفُقَهَاءِ فَإِنَّهُمْ يَعْتَنُونَ غَالِبًا بِمَعْنَاهُ
( dan perkara yang
engkau perdapati akannya perkara ) wahai orang yang teliti pada ini mukhtasar (
dari pada melebihkan lafadh dan seumpamanya atas perkara didalam muharrar,
maka berpegah teguh olehmu akannya lafadh, maka tiada boleh tidak dari padanya
lafadh yang dilebihkan ) seperti melebih lafadh كَثِيرٍ dan lafadh فِي عُضْوٍ ظَاهِرٍ
pada perkataanya
musannif didalam pembahasan tayamum إلَّا أَنْ يَكُونَ
بِجُرْحِهِ دَمٌ كَثِيرٌ أَوْ الشَّيْنُ الْفَاحِشُ فِي عُضْوٍ ظَاهِرٍ
# juz I hal 97 # ( dan seperti demikian, itu perkara yang engkau perdapati
akannya dari pada sejumlah zikir hal keadaan berlawanan bagi perkara didalam muharrar
dan lainnya dari pada sejumlah kitab fiqah, maka berpegah teguh oleh mu akannya
zikir, maka bahwa sungguh aku # imam nawawi # telah aku pastikan akannya zikir
dari sejumlah kitab hadish yang menjadi pegangan ) pada menakalnya zikir,
karena menganggap penting oleh ahlinya zikir dengan lafadhnya zikir, dengan
kebalikan ahli fiqah, maka bahwa sungguh mereka itu ahli fiqah menganggap
penting oleh mereka itu pada kebiasaannya dengan maknanya lafadh.
( وَقَدْ أُقَدِّمُ بَعْضَ مَسَائِلِ الْفَصْلِ لِمُنَاسِبَةٍ أَوْ اخْتِصَارٍ
وَرُبَّمَا قَدَّمْت فَصْلًا لِلْمُنَاسِبَةِ ) كَتَقْدِيمِ فَصْلِ التَّخْيِيرِ
فِي جَزَاءِ الصَّيْدِ عَلَى فَصْلِ الْفَوَاتِ وَالْإِحْصَارِ ( وَأَرْجُو إنْ
تَمَّ هَذَا الْمُخْتَصَرُ ) وَقَدْ تَمَّ وَلِلَّهِ الْحَمْدُ ( أَنْ يَكُونَ فِي
مَعْنَى الشَّرْحِ لِلْمُحَرَّرِ فَإِنِّي لَا أَحْذِفُ ) أَيْ أُسْقِطُ ( مِنْهُ
شَيْئًا مِنْ الْأَحْكَامِ أَصْلًا وَلَا مِنْ الْخِلَافِ وَلَوْ كَانَ وَاهِيًا )
أَيْ ضَعِيفًا جِدًّا مَجَازًا عَنْ السَّاقِطِ
( dan terkadang aku dahului akan sebahagian masalah fasal karena untuk kesesuaian atau untuk
meringkas, dan terkadang aku dahulukan fasal karena untuk kesesuaian ) seperti mendahulukan
fasal boleh memilih pada denda
berburu # juz II hal 144 # atas fasal
luput haji dan ditahan # juz II hal147 # ( dan aku berharap jika
sempurna lah ini mukhtasar ) dan sungguh telah sempurna, dan bagi allah itu
segala pujian ( akan bahwa ada ia mukhtasar itu pada makna syarah bagi kitab muharrar,
karena bahwa sungguh aku, tiada aku buang ) artinya aku gugurkan ( dari padanya
muharrar akan sesuatu dari pada sejumlah hukum, sekali - kali dan tidak # aku buang sesuatu # dari pada khilaf,
sekalipun ada ia khilaf itu yang lemah ) artinya yang lemah sekali # ibarat وَاهِيًا # majazh dari # yang dikehendaki
# السَّاقِطِ .
( مَعَ مَا ) أَيْ آتِي بِجَمِيعِ مَا اشْتَمَلَ عَلَيْهِ مَصْحُوبًا بِمَا (
أَشَرْت إلَيْهِ مِنْ النَّفَائِسِ ) الْمُتَقَدِّمَةِ ( وَقَدْ شَرَعْتُ ) مَعَ
الشُّرُوعِ فِي هَذَا الْمُخْتَصَرِ ( فِي جَمْعِ جُزْءٍ لَطِيفٍ عَلَى صُورَةِ
الشَّرْحِ لِدَقَائِقَ هَذَا الْمُخْتَصَرِ ) مِنْ حَيْثُ الِاخْتِصَارُ (
وَمَقْصُودِي بِهِ التَّنْبِيهُ عَلَى الْحِكْمَةِ فِي الْعُدُولِ عَنْ عِبَارَةِ
الْمُحَرَّرِ وَفِي إلْحَاقِ قَيْدٍ أَوْ حَرْفٍ ) فِي الْكَلَامِ ( أَوْ شَرْطٍ
لِلْمَسْأَلَةِ وَنَحْوِ ذَلِكَ ) مِمَّا بَيَّنَهُ
( beserta perkara )
artinya aku datangkan dengan sekalian perkara yang melengkapi ia mukhtasar
atasnya perkara, hal keadaan mukhtasar itu menyertai dengan perkara # nafaisul
musstajadat # ( yang telah aku beritahu kepadanya perkara, dari pada
sejumlah perkara penting ) yang terdahulu ia # nafaisul musstajadat # (
dan sungguh aku masuki ) beserta memasuki dalam # mengarang # ini mukhtasar (
pada menghimpun bahagian yang kecil # penting # atas bentuk syarah karena
sangat halus # rumit dan tersembunyi pemahamannya # ini mukhtasar ) dari segi
bentuk ringkasan ( dan maksud aku dengannya mengarang kitab yang menghimpun
bahagian yang kecil itu memberi tahu atas hikmah pada berpaling dari pada ibarat
muharrar, dan pada menghubung kaid atau huruf ) pada kalam ( atau syarat
bagi masalah dan seumpama demikian) dari pada perkara yang menjelaskan ia
musannif akannya perkara. @ disa’at imam nawawi sedang mengarang kitab منهاج الطالبين beliau juga mengarang kitab kecil yang
menjelaskan tentang maksud sejumlah ibarat penting yang terdapat didalam ibarat
kitab منهاج الطالبين , seperti
hikmah menukar ibarat, hikmah menambah kaid, hikmah menambah huruf, hikmah
menambah syarat dan lainnya, kitab kecil tersebut bernama دقائق المنهاج. dan sebahagian banyak isi kitab
دقائق المنهاج telah disebutkan didalam ibarat قليوبى dan عميرة @
( وَأَكْثَرُ ذَلِكَ مِنْ الضَّرُورِيَّاتِ
الَّتِي لَا بُدَّ مِنْهَا ) وَمِنْهُ مَا لَيْسَ بِضَرُورِيٍّ ، وَلَكِنَّهُ
حَسَنٌ كَمَا قَالَهُ فِي زِيَادَةِ لَفْظَةِ الطَّلَاقِ فِي قَوْلِهِ فِي
الْحَيْضِ : فَإِذَا انْقَطَعَ لَمْ يَحِلَّ قَبْلَ الْغُسْلِ غَيْرُ الصَّوْمِ
وَالطَّلَاقِ ، فَإِنَّ الطَّلَاقَ لَمْ يُذْكَرْ قَبْلُ فِي الْمُحَرَّمَاتِ .
( dan
kebanyakan demikian # sejumlah perkara penting yang disebutkan didalam kitab دقائق المنهاج # itu dari dharurah yang tiada
boleh tidak dari padanya ) dan sebahagiannya itu perkara yang tidak ia itu
dharurah, dan tetapi nya itu bagus ia, seperti perkara yang berkata ia musannif
akannya, pada melebihkan lafadh الطَّلَاقِ
pada perkataannya
musannif dalam pembahasan haid “فَإِذَا انْقَطَعَ
لَمْ يَحِلَّ قَبْلَ الْغُسْلِ غَيْرُ الصَّوْمِ وَالطَّلَاقِ
“, karena bahwa sungguh الطَّلَاقِ
tidak disebutkan akannya sebelumnya pada sejumlah perkara yang diharamkan.# juz
I hal 100 #
( وَعَلَى اللَّهِ الْكَرِيمِ اعْتِمَادِي ) فِي تَمَامِ هَذَا الْمُخْتَصَرِ
بِأَنْ يُقَدِّرَنِي عَلَى إتْمَامِهِ كَمَا أَقْدَرَنِي عَلَى ابْتِدَائِهِ بِمَا
تَقَدَّمَ عَلَى وَضْعِ الْخُطْبَةِ فَإِنَّهُ لَا يَرُدُّ مَنْ سَأَلَهُ
وَاعْتَمَدَ عَلَيْهِ ، ( وَإِلَيْهِ تَفْوِيضِي وَاسْتِنَادِي ) فِي ذَلِكَ
وَغَيْرِهِ ، فَإِنَّهُ لَا يَخِيبُ مَنْ قَصَدَهُ وَاسْتَنَدَ إلَيْهِ ، ثُمَّ
قَدَّرَ وُقُوعَ الْمَطْلُوبِ بِرَجَاءِ الْإِجَابَةِ فَقَالَ :
( dan atas
allah yang mulia itu tempat pegangan ku ) pada menyempurna ini mukhtasar,
dengan bahwa mengkuasakan ia allah akan aku diatas menyempurnakan nya mukhtasar
sebagaimana perkara yang telah menguasakan ia allah akan aku diatas memulainya
perkara, dengan perkara yang telah terdahulu ia perkara atas membuat khutbah,
karena bahwa sungguhnya allah tiada menolak ia akan seseorang yang meminta ia
seseorang akanya allah dan berpegang teguh ia seseorang atasnya allah ( dan
kepadanya allah itu tempat menyerahkan diriku dan tempat bersandar diriku )
pada demikian menyempurnakan dan lainya, karena bahwa sungguhnya allah tiada
mengkhianati ia akan seseorang yang bermaksud ia seseorang akannya allah dan
yang bersandar ia seseorang kepadanya allah, kemudian mengtakdir ia musannif
akan tercapai yang diharapkan, dengan mengharap diterima, maka berkata ia
musannif :
( وَأَسْأَلُهُ النَّفْعَ بِهِ ) أَيْ بِالْمُخْتَصَرِ فِي الْآخِرَةِ ( لِي )
بِتَأْلِيفِهِ ( وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِينَ ) أَيْ بَاقِيهِمْ بِأَنْ
يُلْهِمَهُمْ الِاعْتِنَاءَ بِهِ بَعْضُهُمْ بِالِاشْتِغَالِ بِهِ كَكِتَابَةٍ
وَقِرَاءَةٍ وَتَفَهُّمٍ وَشَرْحٍ ، وَبَعْضُهُمْ بِغَيْرِ ذَلِكَ كَالْإِعَانَةِ
عَلَيْهِ بِوَقْفٍ أَوْ نَقْلٍ إلَى الْبِلَادِ أَوْ غَيْرِ ذَلِكَ وَنَفْعُهُمْ
يَسْتَتْبِعُ نَفْعَهُ أَيْضًا لِأَنَّهُ سَبَبٌ فِيهِ
( dan aku meminta akan allah akan
bermanfa’at dengannya ) artinya dengan mukhtasar pada akhirat ( bagiku ) dengan
sebab mengarangnya mukhtasar ( dan bagi seluruh muslimin ) artinya yang masih
hidup mereka itu, dengan bahwa mengilhami ia allah akan mereka itu akan
menganggap penting dengannya mukhtasar, sebahagian mereka itu #menggangap
penting # dengan bergelut dengan nya mukhtasar seperti menulis dan membaca dan
memahami dan menjelaskan, dan sebahagian mereka itu dengan selain demikian,
seperti membantu atasnya mukhtasar dengan mewaqaf atau mengangkut kedalam
negeri atau selain demikian, dan manfa’at dari mereka, itu mengikuti #
menghasilkan # ia manfa’at akan manfa’atnya mukhtasar pula, karenanya manfa’at
mereka itu sebab padanya manfa’at mukhtasar.
( وَرِضْوَانَهُ عَنِّي وَعَنْ أَحِبَّائِي ) بِالتَّشْدِيدِ وَالْهَمْزِ
جَمْعُ حَبِيبٍ أَيْ مَنْ أُحِبُّهُمْ ( وَجَمِيعِ الْمُؤْمِنِينَ ) مِنْ عَطْفِ
الْعَامِّ عَلَى بَعْضِ أَفْرَادِهِ تَكَرَّرَ بِهِ الدُّعَاءَ لِذَلِكَ الْبَعْضِ
الَّذِي مِنْهُ الْمُصَنِّفُ رَحِمَهُ اللَّهُ تَعَالَى
( dan akan keridhaan nya allah
dari pada aku dan dari pada sejumlah kekasihku ) dibaca # أَحِبَّائِي # dengan bentuk tasydit dan
hamzah, itu jamak dari حَبِيبٍ
artinya orang yang aku kasihi akan mereka itu
( dan dari pada sekalian mukmini ) # ibarat وَجَمِيعِ
الْمُؤْمِنِينَ # dari a’taf umum atas sebahagian
afradnya umum, mengulangi ia musannif dengannya menyebut # secara a’taf umum
atas sebahagian afrad # akan sebagai doa
bagi demikian sebahagian, yang diantaranya adalah musannif # imam nawawi #,
semoga merahmati akannya musannif oleh allah yang maha tinggi.
-
Alhamdulillah, dan
terimakasih untuk semua guru dan sahabat kami atas segala bentuk motivasi,
kritik dan sarannya.
-
Ini hanyalah sebatas terjemah biasa, sangat
mohon maaf jika banyak terdapat kekurangan dan kekeliruan, Terjemahan disengaja sangat tradisional, agar lebih memudahkan
untuk memahami ibarat aslinya secara utuh, Kode (...) terjemah matan, kode
#...# pemahaman, kode @...@ penjelasan, selainnya terjemah syarah
- Jika menemukan kekeliruan, mohon
berkenan mengirim saran dan kritik melalui email tgk_akthaillah@yahoo.com
atau akthaillah@gmail.com
dan jika bermanfa’at, terjemah ini dapat di akses di http://www.naungansuci.blogspot.com
dan diizinkan untuk diperbanyak, namun sangat kami berharap agar tidak
menambah atau mengurangi tulisan kami.
- Dilembaran terakhir ini, kami
lampirkan khutbah matan منهاج الطالبين supaya mudah bagi yang ingin menghafalnya, Referensi matan kitab , مطبعة مصطفى البانى
الحلبى و أولاده cetakan ke II tahun 1354 H / 1934 M
Semoga mudah untuk dihafal...
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ, الْحَمْدُ لِلَّهِ الْبَرِّ الْجَوَادِ الَّذِي جَلَّتْ
نِعَمُهُ عَنْ الْإِحْصَاءِ بِالْأَعْدَادِ { وَإِنْ تَعُدُّوا نِعْمَةَ اللَّهِ
لَا تُحْصُوهَا } الْمَانِّ بِاللُّطْفِ وَالْإِرْشَادِ الْهَادِي إلَى سَبِيلِ
الرَّشَادِ الْمُوَفِّقِ لِلتَّفَقُّهِ فِي الدِّينِ مَنْ لَطَفَ بِهِ
وَاخْتَارَهُ مِنْ الْعِبَادِ ,أَحْمَدُهُ أَبْلَغَ حَمْدٍ وَأَكْمَلَهُ وَأَزْكَاهُ وَأَشْمَلَهُ وَأَشْهَدُ
أَنْ لَا إلَهَ إلَّا اللَّهُ الْوَاحِدُ الْغَفَّارُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا
عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ الْمُصْطَفَى الْمُخْتَارُ صَلَّى اللَّه وَسَلَم عَلَيْهِ
وَزَادَهُ فَضْلًا وَشَرَفًا لَدَيْهِ
أَمَّا بَعْدُ فَإِنَّ الِاشْتِغَالَ بِالْعِلْمِ مِنْ أَفْضَلِ الطَّاعَاتِ
وَ أَوْلَى مَا أُنْفِقَتْ فِيهِ نَفَائِسُ الْأَوْقَاتِ وَقَدْ أَكْثَرَ
أَصْحَابُنَا رَحِمَهُمُ اللَّهُ مِنْ التَّصْنِيفِ مِنْ الْمَبْسُوطَاتِ
وَالْمُخْتَصَرَاتِ وَأَتْقَنُ مُخْتَصَرٍ الْمُحَرَّرُ لِلْإِمَامِ أَبِي
الْقَاسِم الرَّافِعِيِّ رَحِمَهُ اللَّهُ تَعَالَى ذِي التَّحْقِيقَاتِ وَهُوَ
كَثِيرُ الْفَوَائِدِ عُمْدَةٌ فِي تَحْقِيقِ الْمَذْهَبِ مُعْتَمَدٌ لِلْمُفْتِي وَغَيْرِهِ
مِنْ أُولِي الرَّغَبَاتِ
وَقَدْ الْتَزَمَ مُصَنِّفُهُ رَحِمَهُ اللَّهُ أَنْ يَنُصَّ عَلَى مَا
صَحَّحَهُ مُعْظَمُ الْأَصْحَابِ وَوَفَّى بِمَا الْتَزَمَهُ وَهُوَ مِنْ أَهَمِّ
أَوْ أَهَمُّ الْمَطْلُوبَاتِ لَكِنْ فِي حَجْمِهِ كَبُرَ يَعْجِزُ حِفْظَهُ
أَكْثَرُ أَهْلِ الْعَصْرِ إلَّا بَعْضَ أَهْلِ الْعِنَايَاتِ فَرَأَيْت
اخْتِصَارَهُ فِي نَحْوِ نِصْفِ حَجْمِهِ لِيَسْهُلَ حِفْظُهُ مَعَ مَا أَضُمُّهُ
إلَيْهِ إنْ شَاءَ اللَّهُ تَعَالَى مِنْ النَّفَائِسِ الْمُسْتَجَادَاتِ
مِنْهَا التَّنْبِيهُ عَلَى قُيُودٍ فِي بَعْضِ الْمَسَائِلِ هِيَ مِنْ
الْأَصْلِ مَحْذُوفَاتٌ وَمِنْهَا مَوَاضِعُ يَسِيرَةٌ ذَكَرَهَا فِي الْمُحَرَّرِ
عَلَى خِلَافِ الْمُخْتَارِ فِي الْمَذْهَبِ كَمَا سَتَرَاهَا إنْ شَاءَ اللَّهُ
تَعَالَى وَاضِحَاتٍ وَمِنْهَا إبْدَالُ مَا كَانَ مِنْ أَلْفَاظِهِ غَرِيبًا أَوْ
مُوهِمًا خِلَافَ الصَّوَابِ بِأَوْضَحَ وَأَخْصَرَ مِنْهُ بِعِبَارَاتٍ
جَلِيَّاتٍ وَمِنْهَا بَيَانُ الْقَوْلَيْنِ وَالْوَجْهَيْنِ وَالطَّرِيقَيْنِ
وَالنَّصِّ وَمَرَاتِبِ الْخِلَافِ فِي جَمِيعِ الْحَالَاتِ
فَحَيْثُ أَقُولُ فِي الْأَظْهَرِ أَوْ الْمَشْهُورِ فَمِنْ الْقَوْلَيْنِ
أَوْ الْأَقْوَالِ فَإِنْ قَوِيَ الْخِلَافُ
قُلْت الْأَظْهَرُ وَإِلَّا فَالْمَشْهُورُ وَحَيْثُ أَقُولُ الْأَصَحُّ
أَوْ الصَّحِيحُ فَمِنْ الْوَجْهَيْنِ أَوْ
الْأَوْجُهِ فَإِنْ قَوِيَ الْخِلَافُ قُلْت الْأَصَحُّ وَإِلَّا فَالصَّحِيحُ
وَحَيْثُ أَقُولُ الْمَذْهَبُ فَمِنْ الطَّرِيقَيْنِ أَوْ الطُّرُقِ وَحَيْثُ
أَقُولُ النَّصُّ فَهُوَ نَصُّ الشَّافِعِيِّ رَحِمَهُ اللَّهُ وَيَكُونُ هُنَاكَ
وَجْهٌ ضَعِيفٌ أَوْ قَوْلٌ مُخَرَّجٌ وَحَيْثُ أَقُولُ الْجَدِيدُ فَالْقَدِيمُ خِلَافُهُ
أَوْ الْقَدِيمُ أَوْ فِي قَوْلٍ قَدِيمٍ فَالْجَدِيدُ خِلَافُهُ وَحَيْثُ أَقُولُ
: وَقِيلَ كَذَا ، فَهُوَ وَجْهٌ ضَعِيفٌ ، وَالصَّحِيحُ أَوْ الْأَصَحُّ
خِلَافُهُ وَحَيْثُ أَقُولُ وَفِي قَوْلٍ كَذَا فَالرَّاجِحُ خِلَافُهُ
وَمِنْهَا مَسَائِلُ نَفِيسَةٌ أَضُمُّهَا إلَيْهِ يَنْبَغِي أَنْ لَا يُخْلَى الْكِتَابُ مِنْهَا
وَأَقُولُ فِي أَوَّلِهَا قُلْت وَفِي آخِرِهَا ، وَاَللَّهُ أَعْلَمُ وَمَا
وَجَدْته مِنْ زِيَادَةِ لَفْظَةٍ وَنَحْوِهَا عَلَى مَا فِي الْمُحَرَّرِ فَاعْتَمِدْهَا
فَلَا بُدَّ مِنْهَا وَكَذَا مَا وَجَدْته مِنْ الْأَذْكَارِ مُخَالِفًا لِمَا فِي
الْمُحَرَّرِ وَغَيْرِهِ مِنْ كُتُبِ الْفِقْهِ فَاعْتَمِدْهُ فَإِنِّي حَقَّقْته
مِنْ كُتُبِ الْحَدِيثِ الْمُعْتَمَدَةِ وَقَدْ أُقَدِّمُ بَعْضَ مَسَائِلِ
الْفَصْلِ لِمُنَاسِبَةٍ أَوْ اخْتِصَارٍ وَرُبَّمَا قَدَّمْت فَصْلًا
لِلْمُنَاسِبَةِ وَأَرْجُو إنْ تَمَّ هَذَا الْمُخْتَصَرُ أَنْ يَكُونَ فِي
مَعْنَى الشَّرْحِ لِلْمُحَرَّرِ فَإِنِّي لَا أَحْذِفُ مِنْهُ شَيْئًا مِنْ
الْأَحْكَامِ أَصْلًا وَلَا مِنْ الْخِلَافِ وَلَوْ كَانَ وَاهِيًا مَعَ مَا
أَشَرْتُ إلَيْهِ مِنْ النَّفَائِسِ
وَقَدْ شَرَعْتُ فِي جَمْعِ جُزْءٍ لَطِيفٍ عَلَى صُورَةِ الشَّرْحِ
لِدَقَائِقَ هَذَا الْمُخْتَصَرِ وَمَقْصُودِي بِهِ التَّنْبِيهُ عَلَى
الْحِكْمَةِ فِي الْعُدُولِ عَنْ عِبَارَةِ الْمُحَرَّرِ وَفِي إلْحَاقِ قَيْدٍ
أَوْ حَرْفٍ أَوْ شَرْطٍ لِلْمَسْأَلَةِ وَنَحْوِ ذَلِكَ وَأَكْثَرُ ذَلِكَ مِنْ الضَّرُورِيَّاتِ
الَّتِي لَا بُدَّ مِنْهَا وَعَلَى اللَّهِ الْكَرِيمِ اعْتِمَادِي وَإِلَيْهِ
تَفْوِيضِي وَاسْتِنَادِي وَأَسْأَلُهُ النَّفْعَ بِهِ لِي وَلِسَائِرِ
الْمُسْلِمِينَ وَرِضْوَانَهُ عَنِّي وَعَنْ أَحِبَّائِي وَجَمِيعِ الْمُؤْمِنِينَ
seorang yang
masih belum lama menikmati garam kehidupan dan terus berusaha untuk menabur
sedikit warna dalam kehidupan
semoga bermanfa'at...
asslm...setelah saya cermati terjemahan khutbah
mahally ini saya merespon baik, dan jarang dilakukan para santri dan guru dayah
di Aceh, cuma terjemahannya masih terikat dengan kalimat dan belum berbentuk
terjemahan bebas, tentunya mesti dilengkapi dengan penjelasan ulang terhadap
uraiannya. banyak kitab- kitab klasik sekarang sudah diterjemahkan, seperti :
tafsir jalalain, fathu al-mu'ien bahkan al -um dll..tapi terjemahan bebas yang
langsung dapat dikonsumsikan segenap lapisan. mudah-mudahan kedepan ada
perkembangan, dan semoga bermamfaat..amin...
trmksh tgk mulyadi...saran tgk sangat baik untuk
saya...ini disengaja sangat sederhana dan tradisional krn target memahami teks
asli dengan paduan ilmu nahu, tidak bertujuan untuk terjemahan untuk
umum,,,insya allah semoga suatu saat saya bisa berkesempatan menterjemahkan
dengan bahasa umum....
Askm tgk,sebalik tgk mulyadi lon galak that terjemaha
droneuh,teruskan guree,ini yg saya tunggu2 dari dulu,i support you,min yusri
sampoiniet
wa'alaikum salam dokter tgk
yusri,,,,terimakasih...semoga bermanfa'at.....amien
Assalamu'alaikum Tgk,
mohon izin untuk mencetak, sebagai bahan bacaan
mohon izin untuk mencetak, sebagai bahan bacaan
Penyejuk Jiwa
Pengembara
Bacaan Populer
Tgk Akthaillah bin Tgk H M Daud Syafi’e Santri Dayah
Al-Madinatuddiniyah Babussalam Blang Bladeh بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ ...
Memahami Ibarat Kitab Al-Mahalli Oleh : Tgk Akthaillah
bin Tgk H M Daud Syafi’e Staf PengajarDayah Al-Madinatuddiniyah Babussalam ...
mahabbah adalah satu kata yg sangat universal,banyak
penafsiran dari kata mahabbah,terlepas dari berbagai penafsiran,namun subtansi
dari...
Disuatu hari ketika sinar matahari semakin
menyengat,aq melihat seorang pemulung sedang memungut botol2 bekas minuman di
recyclebin,bajunya...
Oleh: Beribadah sepanjang hidup Surah Al-hijir
ayat 99 وَاعْبُدْ رَبَّكَ حَتَّى يَأْتِيَكَ الْيَقِينُ Mayoritas mufasir
mengataka...
Pohon bambu adalah salah satu tumbuhan yang sering
diperdapati disekelilng kita,ia memiliki berbagai pesan pembelajaran untuk
kehidupan ...
Alhikam halaman 37 Berkata abu sulaiman addarany Jika
allah memberiku diantara dua pilihan,untuk menempati syurga firdaus kah atau
u...
Kentang goreng menitip pelajaran kehidupan Suatu pagi,
seorang gadis terburu-buru menuju airport karena takut ketinggalan pesawat,
setel...
Featured Content Slider
Harapan ayah
dan bunda
SAHABAT BLOGGER
Pengembara NAUNGAN SUCI
Tempat
Pengembara Suci Singgah Menuju Tujuan
Rabu, 20 November 2013
Tgk Akthaillah bin Tgk H M Daud Syafi’e
Santri Dayah Al-Madinatuddiniyah Babussalam Blang Bladeh
Santri Dayah Al-Madinatuddiniyah Babussalam Blang Bladeh
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ الْحَمْدُ لِلَّهِ عَلَى إنْعَامِهِ ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَآلِهِ وَأَصْحَابِهِ هَذَا مَا دَعَتْ إلَيْهِ حَاجَةُ الْمُتَفَهِّمِينَ لِمِنْهَاجِ الْفِقْهِ مِنْ شَرْحٍ يُحِلُّ أَلْفَاظَهُ وَيُبَيِّنُ مُرَادَهُ ، وَيُتَمِّمُ مُفَادَهُ عَلَى وَجْهٍ لَطِيفٍ خَالٍ عَنْ الْحَشْوِ وَالتَّطْوِيلِ حَاوٍ لِلدَّلِيلِ وَالتَّعْلِيلِ ،
dengan nama allah
yang maha pengasih lagi maha penyayang, segala puji bagi allah atas memberi
nikmatnya dan shalawat dan salam atas panghulu kita nabi muhammad dan
keluarganya dan sahabatnya, ini sesuatu yang diseru kepadanya oleh kebutuhan
sejumlah orang yang ingin memahami minhaj fiqih # منهاج الطالبين # ,dari sebuah
syarah yang mengurai ia syarah akan segala lafadhnya minhaj fiqih , dan
menjelas ia syarah akan segala muradnya dan menyempurna ia akan segala
faedahnya atas bentuk yang kecil, yang sunyi ia syarah dari tidak beraturan dan
bertele-tele, yang meliputi ia bagi dalil dan i’lat. @ الْحَشْوِ dan التَّطْوِيلِ yang dimaksud adalah makna
istilah ilmu ma’ani @
وَاَللَّهَ أَسْأَلُ أَنْ يَنْفَعَ بِهِ وَهُوَ حَسْبِي وَنِعْمَ الْوَكِيلُ قَالَ الْمُصَنِّفُ رَحِمَهُ
اللَّهُ تَعَالَى ( بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ ) أَيْ أَفْتَتِحُ (
الْحَمْدُ لِلَّهِ ) هِيَ مِنْ صِيَغِ الْحَمْدِ وَهُوَ الْوَصْفُ بِالْجَمِيلِ
إذْ الْقَصْدُ بِهَا الثَّنَاءُ عَلَى اللَّهِ بِمَضْمُونِهَا مِنْ أَنَّهُ
مَالِكٌ لِجَمِيعِ الْحَمْدِ مِنْ الْخَلْقِ أَوْ مُسْتَحِقٌّ لِأَنْ يَحْمَدُوهُ
لَا الْإِخْبَارُ بِذَلِكَ ( الْبَرِّ ) بِالْفَتْحِ أَيْ الْمُحْسِنِ (
الْجَوَادِ ) بِالتَّخْفِيفِ أَيْ الْكَثِيرِ الْجُودِ أَيْ الْعَطَاءِ ( الَّذِي
جَلَّتْ ) أَيْ عَظُمَتْ ( نِعَمُهُ ) جَمْعُ نِعْمَةٍ بِمَعْنَى إنْعَامٍ ( عَنْ
الْإِحْصَاءِ ) أَيْ الضَّبْطِ ( بِالْأَعْدَادِ ) أَيْ بِجَمِيعِهَا
dan akan allah aku memohon akan
bahwa memberi manfaat ia allah dengannya syarah, dan dianya
allah itu yang maha mencukupi dan sebaik tempat berserah diri, berkatalah
pengarang kitab # imam nawawi # semoga merahmati akannya oleh allah ta’ala (
dengan nama allah yang maha pengasih lagi maha penyayang ) artinya aku membuka
( segala puji bagi allah ) dianyaالْحَمْدُ لِلَّهِ itu sebahagian dari bentuk pujian dan dianya pujian
itu mensifati dengan ke elokan karena maksud dengannya الْحَمْدُ لِلَّهِ itu memuji atas allah dengan
kandunganya الْحَمْدُ لِلَّهِ
dari pada bahwa allah itu pemilik bagi sekalian pujian dari makhluk atau itu
yang berhak bagi bahwa memuji oleh mereka makhluk akannya allah, bukan #
maksudnya الْحَمْدُ لِلَّهِ
# itu mengabarkan dengan demikian pujian ( yang berbuat baik ia allah ) # الْبَرِّ dibaca # dengan fatah # huruf ب #, artinya yang
berbuat baik ( yang maha pemberi ia allah ) # الْجَوَادِ dibaca #dengan takhfif artinya
yang banyak جُودِ
artinya memberi ( allazi
yang tinggilah ) artinya yang besarlah ( segala nikmatnya) # kata نِعَمُ
# itu jamak dari kata نِعْمَةٍ dengan makna memberi ( jauh dari
dapat mengukur ) artinya membatasi ( dengan sejumlah bilangan ) artinya dengan
segala bilangan.
( { وَإِنْ تَعُدُّوا نِعْمَةَ اللَّهِ لَا تُحْصُوهَا } )
( الْمَانِّ ) أَيْ الْمُنْعِمِ ( بِاللُّطْفِ ) أَيْ بِالْإِقْدَارِ عَلَى
الطَّاعَةِ ( وَالْإِرْشَادِ ) أَيْ الْهِدَايَةِ لَهَا ( الْهَادِي إلَى سَبِيلِ
الرَّشَادِ ) أَيْ الدَّالِ عَلَى طَرِيقِهِ وَهُوَ ضِدُّ الْغَيِّ ( الْمُوَفِّقِ
لِلتَّفَقُّهِ فِي الدِّينِ ) أَيْ الْمُقْدِرِ عَلَى التَّفَهُّمِ فِي
الشَّرِيعَةِ ( مَنْ لَطَفَ بِهِ ) أَيْ أَرَادَ بِهِ الْخَيْرَ ( وَاخْتَارَهُ )
لَهُ ( مِنْ الْعِبَادِ ) هَذَا مَأْخُوذٌ مِنْ حَدِيثِ الصَّحِيحَيْنِ { مَنْ
يُرِدْ اللَّهُ بِهِ خَيْرًا يُفَقِّهْهُ فِي الدِّينِ }
( dan jika kalian
menghitung akan nikmat allah, niscaya tidak sanggup kalian menghitung akanya
nikmat allah ) ( yang maha pemberi ia allah ) artinya yang memberi nikmat ia
allah ( dengan lembut ) artinya dengan memberi kesanggupan atas keta’atan ( dan
dengan petunjuk ) artinya hidayah kepadanya keta’atan ( yang menunjuki ia allah
kepada jalan terpetunjuk ) artinya yang menunjuki ia allah atas jalannya
petunjuk, dan dianya petunjuk itu lawan sesat ( yang memberi taufiq ia allah
bagi memahami pada agama ) artinya yang menguasakan ia allah atas memahami
dalam syariat ( akan orang yang berlemah lembut ia allah dengannya orang )
artinya yang mengkehendaki ia allah dengannya orang akan kebaikan ( dan memilih
ia allah akannya orang) baginya kebaikan ( dari segala hamba ) ini, itu
difahami dari hadish sahihaini # riwayat imam bukhari dan imam muslem #
( orang yang berkehendak oleh allah dengannya orang akan kebaikan, niscaya
memberi faham ia allah akannya orang dalam agama)
( أَحْمَدُهُ أَبْلَغَ حَمْدٍ ) أَيْ أَنْهَاهُ ( وَأَكْمَلَهُ وَأَزْكَاهُ )
أَيْ أَنْمَاهُ ( وَأَشْمَلَهُ ) أَيْ أَعَمَّهُ ,الْمَعْنَى أَصِفُهُ
بِجَمِيعِ صِفَاتِهِ إذْ كُلٌّ مِنْهَا جَمِيلٌ وَالْقَصْدُ بِذَلِكَ إيجَادُ
الْحَمْدِ الْمَذْكُورِ ، وَهُوَ أَبْلَغُ مِنْ حَمْدِهِ الْأَوَّلِ ، وَذَلِكَ
أَوْقَعُ فِي النَّفْسِ مِنْ حَيْثُ تَفْصِيلُهُ وَفِي حَدِيثِ مُسْلِمٍ وَغَيْرِهِ
{ إنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِينُهُ } أَيْ نَحْمَدُهُ ،
لِأَنَّهُ مُسْتَحِقٌّ لِلْحَمْدِ
( aku memuji akan
allah akan semubalaghah pujian) artinya akan sehabisnya pujian ( dan akan
sesempurnanya pujian dan akan sebersihnya pujian ) artinya akan semakin
bertambahnya pujian ( dan akan selengkapnya pujian ) artinya seumum – umumnya
pujian, bermula makna itu aku sifati akannya allah dengan segala sifatnya,
karena setiap dari segala sifat itu elok, dan maksud dengan demikian mensifati
itu mencipta pujian yang disebutkan, dan dianya memuji # dengan أَحْمَدُهُ
# itu lebih mubalaghah dari memujinya musannif pada permulaan, dan demikian #
memuji dengan الْحَمْدَ لِلَّهِ
# itu lebih teresapi dalam jiwa
dari segi terperincinya pujian. dan tersebut didalam hadish riwayat imam muslim
dan lainya, itu إنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِينُهُ artinya kami memuji akannya allah, karena
bahwa sungguhnya allah itu yang berhak bagi pujian.
( وَأَشْهَدُ ) أَيْ أَعْلَمُ ( أَنْ
لَا إلَهَ ) لَا مَعْبُودَ بِحَقٍّ فِي الْوُجُودِ ( إلَّا اللَّهُ ) الْوَاجِبُ
الْوُجُودِ ( الْوَاحِدُ ) أَيْ الَّذِي لَا تَعَدُّدَ لَهُ فَلَا يَنْقَسِمُ
بِوَجْهٍ ، وَلَا نَظِيرَ لَهُ ، فَلَا مُشَابَهَةَ بَيْنَهُ وَبَيْنَ غَيْرِهِ
بِوَجْهٍ ( الْغَفَّارُ ) أَيْ
السَّتَّارُ لِذُنُوبِ مَنْ أَرَادَ مِنْ عِبَادِهِ الْمُؤْمِنِينَ فَلَا
يُظْهِرُهَا بِالْعِقَابِ عَلَيْهَا ، وَلَمْ يَقُلْ الْقَهَّارُ بَدَلَ
الْغَفَّارِ لِأَنَّ مَعْنَى الْقَهْرِ مَأْخُوذٌ مِمَّا قَبْلَهُ إذْ مِنْ شَأْنِ
الْوَاحِدِ فِي مُلْكِهِ الْقَهْرُ .
( dan aku bersaksi )
artinya aku meyakini ( akan bahwa tiada tuhan ) tiada yang disembah dengan
sebenarnya pada kenyataan ( kecuali allah ) yang wajib wujud ( yang satu )
artinya allazi yang tiada berbilang-bilang baginya, maka tiada terbagi ia allah
dengan satu sisi pun dan tiada bandingan baginya allah, maka tiada persamaan
diantaranya allah dan diantara lainya allah dengan satu sisi pun ( yang maha
pengampun ) artinya yang menutupi ia allah bagi segala dosa orang yang
mengkehendaki ia allah dari pada segala hambanya yang mukmin mereka itu, maka
tiada memperlihat ia allah akan segala dosa dengan menyiksa atas segala dosa,
dan tiada berkata ia musannif dengan kalimat “ الْقَهَّارُ
“ sebagai pengganti “الْغَفَّارِ “ karena bahwa sungguh makna الْقَهَّارُ difahami dari perkara
sebelumnya, karena dari pada kedudukan الْوَاحِدِ
pada segala miliknya itu الْقَهْرُ .
( وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ الْمُصْطَفَى
الْمُخْتَارُ ) أَيْ مِنْ النَّاسِ لِيَدْعُوَهُمْ إلَى دِينِ الْإِسْلَامِ (
صَلَّى اللَّه وَسَلَم عَلَيْهِ وَزَادَهُ فَضْلًا وَشَرَفًا لَدَيْهِ ) أَيْ
عِنْدَهُ وَالْقَصْدُ بِذَلِكَ الدُّعَاءُ أَيْ اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ
عَلَيْهِ وَزِدْهُ . وَذَكَرَ التَّشَهُّدَ لِحَدِيثِ أَبِي دَاوُد وَالتِّرْمِذِيِّ { كُلُّ
خُطْبَةٍ لَيْسَ فِيهَا تَشَهُّدٌ فَهِيَ كَالْيَدِ الْجَذْمَاءِ } أَيْ
الْقَلِيلَةِ الْبَرَكَةِ
( dan aku bersaksi
akan bahwa sungguh muhammad itu hambanya allah dan rasulnya yang terpilih, yang
dipilih ) dari manusia, supaya menyeru ia muhammad akan mereka itu manusia
kepada agama islam ( merahmati oleh allah dan mensejahterai ia atasnya
muhammad, dan melebih ia allah akannya muhammad nisbah kelebihan dan kemuliaan
bagi sisinya allah ) artinya disisinya allah, dan maksud dengan demikian # صَلَّى اللَّه وَسَلَم عَلَيْهِ وَزَادَهُ فَضْلًا وَشَرَفًا لَدَيْهِ
# itu doa, artinya ya allah
berilah rahmat dan sejahtera atasnya muhammad dan berilah kelebihan akannya
muhammad, menyebut ia musannif akan tasyahud karena hadish imam abu daud dan
imam turmuzi ( setiap khutbah yang tiada padanya itu tasyahud maka dianya
khutbah seperti tangan yang budok / kusta ) artinya sedikit keberkatan.
( أَمَّا بَعْدُ ) أَيْ بَعْدَمَا تَقَدَّمَ ( فَإِنَّ الِاشْتِغَالَ
بِالْعِلْمِ ) الْمَعْهُودِ شَرْعًا الصَّادِقِ بِالْفِقْهِ وَالْحَدِيثِ
وَالتَّفْسِيرِ ( مِنْ أَفْضَلِ الطَّاعَاتِ ) لِأَنَّهَا مَفْرُوضَةٌ
وَمَنْدُوبَةٌ . وَالْمَفْرُوضُ أَفْضَلُ مِنْ الْمَنْدُوبِ ، وَالِاشْتِغَالُ بِالْعِلْمِ
مِنْهُ لِأَنَّهُ فَرْضُ كِفَايَةٍ ، وَفِي حَدِيثٍ حَسَّنَهُ التِّرْمِذِيُّ {
فَضْلُ الْعَالِمِ عَلَى الْعَابِدِ كَفَضْلِي عَلَى أَدْنَاكُمْ } ( وَ ) مِنْ (
أَوْلَى مَا أُنْفِقَتْ فِيهِ نَفَائِسُ الْأَوْقَاتِ ) وَهُوَ الْعِبَادَاتُ شَبَّهَ
شَغْلَ الْأَوْقَاتِ بِهَا بِصَرْفِ الْمَالِ فِي وُجُوهِ الْخَيْرِ الْمُسَمَّى
بِالْإِنْفَاقِ ، وَوَصَفَ الْأَوْقَاتَ بِالنَّفَاسَةِ لِأَنَّهُ لَا يُمْكِنُ
تَعْوِيضُ مَا يَفُوتُ مِنْهَا بِلَا عِبَادَةٍ ، وَأَضَافَ إلَيْهَا صِفَتَهَا
لِلسَّجْعِ ، وَقَدْ يُقَالُ : هُوَ مِنْ إضَافَةِ الْأَعَمِّ إلَى الْأَخَصِّ
كَمَسْجِدِ الْجَامِعِ ، وَلَا يَصِحُّ عَطْفُ أَوْلَى عَلَى مِنْ أَفْضَلِ
لِلتَّنَافِي بَيْنَهُمَا عَلَى هَذَا التَّقْدِيرِ
( adapun setelahnya )
artinya setelah perkara yang telah terdahulu ia perkara # pujian dan shalawat #
( maka sungguh bergelut dengan ilmu ) yang maklum dalam agama, yang terbenar ia
ilmu dengan fiqah dan hadish dan tafsir ( itu dari pada seutama segala
keta’atan) karena bahwa sungguhnya keta’atan itu diwajibkan dan disunnatkan, dan
yang diwajibkan itu lebih utama dari yang disunnatkan, dan bergelut dengan ilmu
itu sebahagian dari padanya yang diwajibkan, karena bahwa sungguhnya bergelut
itu fardhu kifayah, dan dalam hadish yang meng hassan akanya hadish oleh
imam turmuzhi ( kelebihan orang yang alim atas orang yang beribadah itu seperti
kelebihan aku atas serendah martabat dari kamu ( dan ) dari ( seaula perkara
yang diberikan padanya akan segala waktu yang bagus ) dan dianya perkara yang
diberikan padanya waktu itu ibadah,diserupakan akan menggunakan segala waktu
dengan ibadah, dengan menggunakan harta pada segala arah kebaikan, yang
dinamakan akanya menggunakan harta, dengan infaq, dan mensifati ia
musannif akan الْأَوْقَاتِ
dengan نَفَائِسُ, karena
bahwa sungguhnya hal wal syaan
tidak mungkin lah mengganti perkara yang luput ia perkara dari padanya segala
waktu dengan tiada beribadah, dan mengidhafah ia musannif kepadanya الْأَوْقَاتِ akan sifatnya # نَفَائِسُ # karena سَّجْعِ
dan terkadang dikatakan orang dianya idhafah itu dari pada idhafah umum
kepada khusus, seperti idhafah مَسْجِدِ
kepada الْجَامِعِ , dan tiada
sah meng’ataf أَوْلَى
atas مِنْ أَفْضَلِ
karena berlawanan diantara keduanya # أَوْلَى
dan مِنْ أَفْضَلِ
# atas ini takdir . @ hassan
dimaksud makna istilah ilmu mustalah hadish dan سَّجْعِ dimaksud makna istilah ilmu badi’
dan maksud mensifati الْأَوْقَاتِ dengan نَفَائِسُadalah kedudukan dasarnya sebelum
berbentuk idhafah karena memelihara سَّجْعِ
@
( وَقَدْ أَكْثَرَ أَصْحَابُنَا رَحِمَهُمُ اللَّهُ مِنْ التَّصْنِيفِ مِنْ
الْمَبْسُوطَاتِ وَالْمُخْتَصَرَاتِ ) فِي الْفِقْهِ وَالصُّحْبَةُ هُنَا
الِاجْتِمَاعُ فِي اتِّبَاعِ الْإِمَامِ الْمُجْتَهِدِ فِيمَا يَرَاهُ مِنْ
الْأَحْكَامِ مَجَازًا عَنْ الِاجْتِمَاعِ فِي الْعَشَرَةِ (
وَأَتْقَنُ مُخْتَصَرٍ الْمُحَرَّرُ لِلْإِمَامِ أَبِي الْقَاسِم ) إمَامِ
الدِّينِ عَبْدِ الْكَرِيمِ ( الرَّافِعِيِّ رَحِمَهُ اللَّهُ تَعَالَى )
مَنْسُوبٌ إلَى رَافِعِ بْنِ خَدِيجٍ الصَّحَابِيِّ كَمَا وُجِدَ بِخَطِّهِ فِيمَا
حَكَى رَحِمَهُ اللَّهُ ( ذِي التَّحْقِيقَاتِ ) الْكَثِيرَةِ فِي الْعِلْمِ
وَالتَّدْقِيقَاتِ الْغَزِيرَةِ فِي الدِّينِ ,مِنْ كَرَامَاتِهِ مَا
حُكِيَ أَنَّ شَجَرَةً أَضَاءَتْ عَلَيْهِ لَمَّا فَقَدَ وَقْتَ التَّصْنِيفِ مَا
يُسْرِجُهُ عَلَيْهِ
( dan sungguh
memperbanyak oleh para ashab kami, semoga dirahmati mereka itu oleh
allah, dari mengarang dari sejumlah kitab yang luas pembahasannya dan sejumlah
kitab ringkasan ) pada ilmu fiqh. dan الصُّحْبَةُ
disini itu berhimpun pada mengikuti imam mujtahid pada perkara yang berpendapat
ia imam mujtahid akanya perkara dari segala hukum, hal keadaannya # الصُّحْبَةُ dengan makna mengikuti pendapat
mujtahid # itu majaz dari berhimpun dalam
pergaulan ( dan yang terlebih kokoh mukhtasar itu الْمُحَرَّرُ bagi imam abi al-qaasim ) imamuddin
abdulkarim ( ar-rafi’e, semoga merahmati akannya ar-rafi’e oleh allah ta’ala )
dibangsakan kepada رَافِعِ بْنِ خَدِيجٍ الصَّحَابِيِّ seperti
diperdapati dengan tulisannya ar-rafi’e pada perkara yang menghikayah ia musannif
, semoga dirahmati akannya ar-rafi’e oleh allah ( yang memiliki sejumlah
tahqiqah ) yang banyak pada ilmu dan yang memiliki sejumlah tadqiqah yang
mendalam ia tadqiqah pada agama, sebahagian dari kemuliaanya imam rafi’e itu
perkara yang dihikayahkah orang akan bahwa sungguh ranting kayu bercahaya ia
atasnya imam ar-rafi’e manakala tiada pada waktu mengarang oleh bahan yang
menerangi ia akannya imam ar-rafi’e atasnya mengarang @ التَّحْقِيقُ adalah menyebut hukum dengan
menyebut dalil atau i’lat beserta menolak qawadeh dan التَّدْقِيقُ adalah menyebut dalil hukum
dengan menyebut dalinya dalil hukum @
( وَهُوَ ) أَيْ الْمُحَرَّرُ ( كَثِيرُ الْفَوَائِدِ عُمْدَةٌ فِي تَحْقِيقِ
الْمَذْهَبِ ) أَيْ مَا ذَهَبَ إلَيْهِ الشَّافِعِيُّ وَأَصْحَابُهُ مِنْ
الْأَحْكَامِ فِي الْمَسَائِلِ مَجَازًا عَنْ مَكَانِ الذَّهَابِ ( مُعْتَمَدٌ
لِلْمُفْتِي وَغَيْرِهِ مِنْ أُولِي الرَّغَبَاتِ ) أَيْ أَصْحَابِهَا ، وَهِيَ
بِفَتْحِ الْغَيْنِ جَمْعُ رَغْبَةٍ بِسُكُونِهَا ( وَقَدْ الْتَزَمَ مُصَنِّفُهُ
رَحِمَهُ اللَّهُ أَنْ يَنُصَّ ) فِي مَسَائِلِ الْخِلَافِ ( عَلَى مَا صَحَّحَهُ
مُعْظَمُ الْأَصْحَابِ ) فِيهَا ( وَوَفَّى ) بِالتَّخْفِيفِ وَالتَّشْدِيدِ (
بِمَا الْتَزَمَهُ ) حَسْبَمَا اطَّلَعَ عَلَيْهِ فَلَا يُنَافِي ذَلِكَ
اسْتِدْرَاكُهُ عَلَيْهِ التَّصْحِيحَ فِي الْمَوَاضِعِ الْآتِيَةِ ( وَهُوَ )
أَيْ مَا الْتَزَمَهُ ( مِنْ أَهَمِّ أَوْ ) هُوَ ( أَهَمُّ الْمَطْلُوبَاتِ )
لِطَالِبِ الْفِقْهِ مِنْ الْوُقُوفِ عَلَى الْمُصَحَّحِ مِنْ الْخِلَافِ فِي
مَسَائِلِهِ ( لَكِنْ فِي حَجْمِهِ ) أَيْ الْمُحَرَّرِ ( كَبُرَ يَعْجِزُ
حِفْظَهُ أَكْثَرُ أَهْلِ الْعَصْرِ ) أَيْ الرَّاغِبِينَ فِي حِفْظِ مُخْتَصَرٍ
فِي الْفِقْهِ ( إلَّا بَعْضَ أَهْلِ الْعِنَايَاتِ ) مِنْهُمْ فَلَا يَكْبُرُ ،
أَيْ يَعْظُمُ عَلَيْهِ حِفْظُهُ
( dan dianya )
artinya muharrar (itu banyak faedah, itu penting pada mentahqiq mazhab
), artinya perkara yang berpendapat kepadanya perkara oleh imam syafi’e dan
oleh para sahabatnya dari segala hukum pada segala persoalan, hal keadaan #
mazhab dengan makna pendapat imam syafi’i # itu majaz dari tempat berjalan (
itu yang dipedomani bagi mufti dan lainnya mufti dari semua orang yang gemar )
artinya pemiliknya kegemaran, dan dianya الرَّغَبَاتِ
dengan fathah غ
itu jamak dari رَغْبَةٍ
dengan sukunnya غ ( dan sungguh melazimi oleh musannif nya muharrar,
semoga merahmati akannya musannif oleh allah, akan bahwa mengnash ia musannif )
pada segala persoalan khilaf ( atas perkara yang telah mentasheh akannya khilaf
oleh kebanyakan ashab ) padanya
segala persoalan ( dan menunai ia musannif ) # وَفَّى dibaca # dengan takhfif atau
tasydit ( dengan perkara yang melazimi ia musannif akannya perkara ) sekira
perkara yang nyata ia perkara atasnya musannif, maka tidak berlawanan pada
demikian # perkara yang imam rafi’i lazimi # oleh istidrak nya imam nawawi
atasnya imam rafi’i akan pentashehan pada beberapa tempat yang selagi akan
datang ( dan dianya ) artinya perkara yang melazim ia musannif akannya ( itu
dari yang penting, bahkan ) dianya perkara ( itu terlebih penting dari segala
perkara yang di tuntutkan ) bagi penuntut ilmu fiqah dari berpijak diatas
pendapat yang ditashehkan dari khilaf pada segala persoalannya fiqah ( tetapi
pada bentuk nya ) artinya al-muharrar ( itu besar dari bahwa lemah lah
menghafalnya oleh kebanyakan ahli masa ) artinya orang yang gemar pada
menghafal mukhtasar dalam ilmu fiqah ( kecuali sebahagian ahli yang cerdik )
dari mereka itu ahli masa, maka tidak besar ia menghafal, artinya tidak besar
atasnya orang yang cerdik oleh menghafalnya mukhtasar. @ istidrak adalah
berbeda pendapat yang ditarjeh imam nawawi terhadap pendapat yang dinash imam
rafi'e berdasarkan tasheh kebanyakan ashab, ini tidak menjadi asumsi bahwa imam
rafi'e dan ashab keliru, tetapi perbedaan ini hanya atas dasar sejumlah dalil
yang diperdapati oleh mereka ketika mentarjeh @.
( فَرَأَيْت ) مِنْ الرَّأْيِ فِي الْأُمُورِ الْمُهِمَّةِ ( اخْتِصَارَهُ )
بِأَنْ لَا يَفُوتَ شَيْءٌ مِنْ مَقَاصِدِهِ ( فِي نَحْوِ نِصْفِ حَجْمِهِ ) هُوَ
صَادِقٌ بِمَا وَقَعَ فِي الْخَارِجِ مِنْ الزِّيَادَةِ عَلَى النِّصْفِ بِيَسِيرٍ
( لِيَسْهُلَ حِفْظُهُ ) أَيْ الْمُخْتَصَرِ لِكُلِّ مَنْ يَرْغَبُ فِي حِفْظِ
مُخْتَصَرٍ ( مَعَ مَا ) أَيْ مَصْحُوبًا ذَلِكَ الْمُخْتَصَرُ بِمَا ( أَضُمُّهُ
إلَيْهِ إنْ شَاءَ اللَّهُ تَعَالَى ) فِي
أَثْنَائِهِ . وَبِذَلِكَ قَرُبَ مِنْ ثَلَاثَةِ أَرْبَاعِ أَصْلِهِ كَمَا قِيلَ ( مِنْ
النَّفَائِسِ الْمُسْتَجَادَاتِ ) أَيْ الْمُسْتَحْسَنَاتِ
( maka aku
berpendapat ) # lafadh رَأَيْت
diambil # dari
lafadh الرَّأْيِ , pada
segala perkara penting ( akan meringkasnya muharrar ) dengan bahwa tiada
luputlah sesuatu dari pada segala maksudnya muharrar ( pada seumpama #
kadar # setengah bentuknya muharrar ) dianya نَحْوِ نِصْفِ terbenar dengan perkara yang terjadi ia perkara pada
kenyataan, dari pada lebih atas setengah, dengan kadar sedikit ( supaya mudah
lah menghafalnya ) artinya mukhtasar, bagi setiap orang yang gemar ia orang
pada menghafal mukhtasar ( beserta perkara ) artinya hal keadaan menyertai
demikian mukhtasar dengan perkara ( yang aku campur akanya perkara kepadanya
mukhtasar, jika mengkehendaki oleh allah ta’ala ) pada pertengahan nya
mukthasar, dan dengan demikian yang dicampur, hampir ia mukhtasar dari pada bentuk asalnya mukhtasar, seperti perkara yang
dikatakan orang ( dari النَّفَائِسِ
الْمُسْتَجَادَاتِ ) artinya yang dianggap sangat
bagus.
( مِنْهَا التَّنْبِيهُ عَلَى قُيُودٍ فِي بَعْضِ الْمَسَائِلِ ) بِأَنْ
تُذْكَرَ فِيهَا ( هِيَ مِنْ الْأَصْلِ مَحْذُوفَاتٌ ) أَيْ مَتْرُوكَاتٌ
اكْتِفَاءً بِذِكْرِهَا فِي الْمَبْسُوطَاتِ
(
وَمِنْهَا مَوَاضِعُ يَسِيرَةٌ ) نَحْوُ خَمْسِينَ مَوْضِعًا ( ذَكَرَهَا فِي
الْمُحَرَّرِ عَلَى خِلَافِ الْمُخْتَارِ فِي الْمَذْهَبِ ) الْآتِي ذِكْرُهُ
فِيهَا مُصَحَّحًا ( كَمَا سَتَرَاهَا إنْ شَاءَ اللَّهُ تَعَالَى ) فِي
مُخَالَفَتِهَا لَهُ نَظَرًا لِلْمَدَارِكِ ( وَاضِحَاتٍ ) فَذِكْرُ الْمُخْتَارِ
فِيهَا هُوَ الْمُرَادُ ، وَلَوْ عَبَّرَ بِهِ أَوَّلًا كَانَ حَسَنًا
( sebahagian dari
padanya nafaisul musstajadat itu memberitahu atas beberapa kaid pada
sebahagian persoalan ) dengan bahwa disebutkan akan beberapa kaid padanya
sebahagian persoalan ( dianya beberapa kaid dari asal # muharrar # itu yang
dibuangkan ) artinya ditinggalkan, karena dipadai dengan menyebutnya beberapa
kaid dalam sejumlah kitab yang luas pembahasannya ( dan sebahagian dari padanya
nafaisul musstajadat itu beberapa
tempat yang sedikit ) sekitar 50 tempat ( yang menyebut ia musannif # imam
rafi’i # akannya sebahagian persoalan didalam kitab muharrar atas kebalikan
pendapat terpilih di dalam mazhab ) # beberapa tempat # yang selagi datanglah
menyebutnya khilaf mukhtar padanya beberapa tempat, hal keadaannya khilaf
mukhtar itu yang ditashehkan ( seperti perkara yang selagi akan kamu
ketahui akannya perkara, jika allah taa’la mengkehendaki ) pada berlawanannya
sebahagian persoalan, baginya musannif #
iman nawawi # karena memperhatikan kepada sejumlah dalil ( akan yang sangat
jelas ianya persoalan ) maka menyebut pendapat mukhtar padanya
sebahagian persoalan itu yang dimaksudkan, dan jika mengibarat ia musannif
dengannya lafadh الْمُخْتَارِ pada permulaannya ,sungguh ada ia nya ibarat
itu lebih bagus.
( وَمِنْهَا إبْدَالُ مَا كَانَ مِنْ أَلْفَاظِهِ غَرِيبًا ) أَيْ غَيْرَ
مَأْلُوفِ الِاسْتِعْمَالِ ( أَوْ مُوهِمًا ) أَيْ مُوقِعًا فِي الْوَهْمِ أَيْ
الذِّهْنَ ( خِلَافَ الصَّوَابِ ) أَيْ الْإِتْيَانُ بَدَلَ ذَلِكَ ( بِأَوْضَحَ
وَأَخْصَرَ مِنْهُ بِعِبَارَاتٍ جَلِيَّاتٍ ) أَيْ ظَاهِرَاتٍ فِي أَدَاءِ
الْمُرَادِ ، وَأَدْخَلَ الْبَاءَ بَعْدَ لَفْظِ الْإِبْدَالِ عَلَى الْمَأْتِيِّ
بِهِ مُوَافَقَةً لِلِاسْتِعْمَالِ الْعُرْفِيِّ وَإِنْ كَانَ خِلَافَ
الْمَعْرُوفِ لُغَةً مِنْ إدْخَالِهَا عَلَى الْمَتْرُوكِ نَحْوَ : أَبْدَلْت
الْجَيِّدَ بِالرَّدِيءِ ، أَيْ أَخَذْت الْجَيِّدَ بَدْلَ الرَّدِيءِ .
( dan sebahagian dari
padanya nafaisul musstajadat itu
mengganti perkara yang ada ia perkara dari pada sejumlah lafadhnya muharrar
itu gharib ) artinya # lafadh gharib adalah lafadh # yang tidak sering
digunakan ( atau itu yang menimbulkan waham
) artinya # sejumlah lafadh # yang menjatuhkan pemahaman kedalam waham
artinya pikiran ( akan kebalikan benar ) artinya memperdatang akan sebagai
pengganti demikian ( dengan # lafadh # yang terlebih jelas dan terlebih ringkas
dari padanya # lafadh gharib dan yang
mewaham #, dengan sejumlah ibarat yang terang ) artinya yang dhahir ia ibarat
pada menunaikan maksud, dan meletak ia musannif # imam nawawi # akan huruf بَ setelah lafadh الْإِبْدَالِ
atas # maksud # yang didatangkan karena mengikuti pemakaian ahli uruf,
sekalipun ada ia meletakkan itu kebalikan dari yang terbiasa pada lughat, dari
pada meletakkan huruf بَ
atas # maksud # yang ditinggalkan, seperti أَبْدَلْت الْجَيِّدَ
بِالرَّدِيءِ artinya aku mengambil akan yang
baik akan sebagai pengganti yang buruk.@ pemakaian بَ huruf jar, secara lugath disertaikan dengan sesuatu
yang ditinggalkan, tidak disertaikan huruf بَ
dengan sesuatu yang diambil, sedangkan pemakaian u’rufi, huruf بَ disertaikan dengan sesuatu yang akan di ambil, contoh
أَبْدَلْت الْجَيِّدَ بِالرَّدِيءِ , menurut
pemakaian lugaht artinya aku mengganti akan yang baik dengan meninggalkan yang
buruk, sedangkan menurut u’rufi artinya aku mengganti akan yang baik dengan
mengambil yang buruk @
( وَمِنْهَا بَيَانُ الْقَوْلَيْنِ وَالْوَجْهَيْنِ وَالطَّرِيقَيْنِ
وَالنَّصِّ وَمَرَاتِبِ الْخِلَافِ ) قُوَّةً وَضَعْفًا فِي الْمَسَائِلِ ( فِي
جَمِيعِ الْحَالَاتِ ) بِخِلَافِ الْمُحَرَّرِ فَتَارَةً يُبَيِّنُ نَحْوَ أَصَحِّ
الْقَوْلَيْنِ وَأَظْهَرِ الْوَجْهَيْنِ ، وَتَارَةً لَا يُبَيِّنُ نَحْوَ
الْأَصَحِّ وَالْأَظْهَرِ
( dan
sebahagian dari padanya nafaisul musstajadat itu menjelaskan segala قول dan وجه dan طريق dan نص dan martabat khilaf
) nisbah kuat dan lemah pada sejumlah persoalan ( pada segala tempat )
dengan kebalikan muharrar, maka suatu ketika menjelaskan ia muharrar
akan seumpama أَصَحُّ الْقَوْلَيْنِ
dan أَظْهَرُ الْوَجْهَيْنِ
dan suatu ketika yang lain tidak menjelaskan ia muharrar akan seumpamaالْأَصَحُّ dan الْأَظْهَرُ
. @ dalam muharrar, pendapat kuat terkadang tidak ditandai dan juga
tidak diperdapati istilah baku untuk menandai pendapat kuat dari khilaf قول atau khilaf وجه @
( فَحَيْثُ أَقُولُ فِي الْأَظْهَرِ أَوْ الْمَشْهُورِ فَمِنْ الْقَوْلَيْنِ
أَوْ الْأَقْوَالِ ) لِلشَّافِعِيِّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ ( فَإِنْ قَوِيَ
الْخِلَافُ ) لِقُوَّةِ مُدْرَكِهِ ( قُلْت الْأَظْهَرُ ) الْمُشْعِرُ بِظُهُورِ
مُقَابِلِهِ ( وَإِلَّا فَالْمَشْهُورُ ) الْمُشْعِرُ بِغَرَابَةِ مُقَابِلِهِ
لِضَعْفِ مُدْرَكِهِ .
( maka sekira tempat
aku berkata فِي الْأَظْهَرِ atau فِي الْمَشْهُورِ ,niscaya maka itu dari pada dua buah قول atau banyak قول ) bagi imam syafi’i, semoga
merahmati oleh allah dari padanya imam syafi’i ( maka jika kuatlah khilaf )
karena kuat dalilnya khilaf ( niscaya aku berkata الْأَظْهَرُ ) yang memberitahu ia الْأَظْهَرُ dengan dhahir kedudukan
muqabilnya ( dan jika tidak kuat khilaf, maka niscaya # aku berkata # الْمَشْهُورُ) yang memberitahu ia الْمَشْهُورُ dengan lemah kedudukan
muqabilnya, karena lemah kedudukan dalilnya khilaf. @ jika diperdapati khilaf
pada pendapat yang diistilahkan قول
maka قول yang kuat
diantaranya ditandai dengan istilah الْأَظْهَرُ
atau الْمَشْهُورُ , namun
istilah keduanya berbeda kedudukan pada pemakaiannya, jika kedudukan khilaf
diantara قول sangat
kuat, maka قول
yang sangat kuat ditandai dengan istilah الْأَظْهَرُ
dan jika kedudukan khilaf diantara قول
tidak kuat, maka قول yang kuat diantaranya ditandai
dengan istilah الْمَشْهُورُ
, kuat dan tidak kuat nya khilaf ditinjau dari segi kedudukan dalil setiap
pendapat yang berkhilaf @
( وَحَيْثُ أَقُولُ الْأَصَحُّ أَوْ الصَّحِيحُ فَمِنْ الْوَجْهَيْنِ أَوْ الْأَوْجُهِ )
لِلْأَصْحَابِ يَسْتَخْرِجُونَهَا مِنْ كَلَامِ الشَّافِعِيِّ رَضِيَ اللَّهُ
عَنْهُ ( فَإِنْ قَوِيَ الْخِلَافُ قُلْت الْأَصَحُّ وَإِلَّا فَالصَّحِيحُ )
وَلَمْ يُعَبِّرْ بِذَلِكَ فِي الْأَقْوَالِ تَأَدُّبًا مَعَ الْإِمَامِ
الشَّافِعِيِّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ كَمَا قَالَ ، فَإِنَّ الصَّحِيحَ مِنْهُ
مُشْعِرٌ بِفَسَادِ مُقَابِلِهِ .
( dan sekira tempat
aku berkata الْأَصَحُّ
atau الصَّحِيحُ , niscaya maka itu dari pada dua
وجه atau beberapa وجه ) bagi para ashabi #
sejumlah murid imam syafi’i # yang mengeluarkan # pemahaman # mereka itu
akannya sejumlah pendapat yang khilaf, dari sumber perkataan imam syafi’i,
semoga merahmati oleh allah dari padanya imam syafi’i ( maka jika kuatlah
khilaf, niscaya aku berkata الْأَصَحُّ
dan jika tidak kuat
khilaf, maka niscaya # aku berkata # الصَّحِيحُ
) dan tiada
mengibarat ia musannif # imam nawawi # dengan demikian الْأَصَحُّ
atau الصَّحِيحُ pada kedudukan khilaf sejumah قول karena memelihara adab dengan
imam syafi’i, semoga merahmati oleh allah dari padanya imam syafi’i, seperti
perkara yang telah berkata ia musannif # imam nawawi # “ maka bahwa sungguh الصَّحِيحُ dari padanya khilaf itu
memberitahu ia nya الصَّحِيحُ
dengan fased kedudukan muqabilnya
”. @ jika diperdapati
khilaf pada perdapat yang diistilahkan وجه
maka pendapat yang kuat diantaranya, ditandai dengan istilah الْأَصَحُّ atau الصَّحِيحُ , namun istilah keduanya berbeda
kedudukan pemakaiannya, jika kedudukan khilaf diantara وجه sangat kuat, maka وجه yang sangat kuat ditandai dengan istilah الْأَصَحُّ dan jika kedudukan khilaf
diantara وجه tidak kuat, maka وجه yang kuat diantaranya ditandai dengan istilah الصَّحِيحُ dan muqabilnya dianggap pendapat
fased, kuat dan tidak kuat nya khilaf ditinjau dari segi kedudukan dalil setiap
pendapat yang berkhilaf @.
( وَحَيْثُ أَقُولُ الْمَذْهَبُ فَمِنْ الطَّرِيقَيْنِ أَوْ الطُّرُقِ )
وَهِيَ اخْتِلَافُ الْأَصْحَابِ فِي حِكَايَةِ الْمَذْهَبِ كَأَنْ يَحْكِيَ
بَعْضُهُمْ فِي الْمَسْئَلَةِ قَوْلَيْنِ أَوْ وَجْهَيْنِ لِمَنْ تَقَدَّمَ ،
وَيَقْطَعَ بَعْضُهُمْ بِأَحَدِهِمَا ثُمَّ الرَّاجِحُ الَّذِي عَبَّرَ عَنْهُ
بِالْمَذْهَبِ إمَّا طَرِيقُ الْقَطْعِ أَوْ الْمُوَافِقِ لَهَا مِنْ طَرِيقِ
الْخِلَافِ أَوْ الْمُخَالِفِ لَهَا كَمَا سَيَظْهَرُ فِي الْمَسَائِلِ ، وَمَا
قِيلَ مِنْ أَنَّ مُرَادَهُ الْأَوَّلُ وَأَنَّهُ الْأَغْلَبُ مَمْنُوعٌ
( dan sekira tempat
aku berkata الْمَذْهَبُ
, niscaya maka dari
pada dua طريق atau beberapa طريق ) dan dianya dua atau beberapa طريق itu perbedaan sejumlah ashabi
pada memberitakan الْمَذْهَبُ , seperti bahwa menghikayah oleh
sebahagian ashabi pada satu masalah akan dua قول atau dua وجه
bagi orang yang
terdahulu, dan mengqata’ # meyakini hanya itu saja # oleh sebahagian ashabi
yang lain dengan salah satu dari dua قول
atau وجه , kemudian pendapat yang kuat
yang mengibarat ia musannif dari padanya pendapat dengan istilah الْمَذْهَبُ itu adakalanya طَرِيقُ الْقَطْعِ atau طَرِيقُ yang sesuai baginya طَرِيقُ الْقَطْعِ dari pada bahagian طَرِيقِ الْخِلَافِ atau # طَرِيقُ # yang berlawanan baginya
طَرِيقُ الْقَطْعِ , seperti perkara yang selagi
akan dhahir ia perkara pada sejumah persoalan, dan perkara yang dikatakan orang
dari pada bahwa “ maksudnya الْمَذْهَبُ
itu yang pertama # طَرِيقُ الْقَطْعِ # dan bahwa nya طَرِيقُ الْقَطْعِ itu yang kebiasanya # الْمَذْهَبُ #” itu pendapat yang
ditolak. @ istilah طريق
adalah perbedaan
ashabi sa’at mengabarkan pendapat الْمَذْهَبُ
, imam nawawi kemudian mentarjeh perbedaan hikayah ashabi tersebut dengan
menggunakan istilah الْمَذْهَبُ
pada pendapat yang
kuat dalam mazhab syafi’i berdasarkan sejumlah dalil yang dhahir disisi imam
nawawi, secara umum ketika disebut الْمَذْهَبُ
dapat difahami ada
nya dua طريق yaitu طَرِيقُ الْقَطْعِ dan طَرِيقِ الْخِلَافِ , maksud طَرِيقُ الْقَطْعِ adalah ashabi mengabarkan bahwa
pada suatu persoalan hanya diperdapati satu saja pendapat. طَرِيقُ الْقَطْعِ bisa saja diperdapati lebih dari
satu dengan sebab terdapat beberapa ashabi yang mengabarkannya. maksud طَرِيقِ الْخِلَافِ adalah ashabi mengabarkan bahwa
pada suatu persolan terdapat beberapa pendapat. pendapat yang ditandai الْمَذْهَبُ bisa merupakan pendapat yang
disebut طَرِيقُ الْقَطْعِ atau yang disebut طَرِيقِ الْخِلَافِ dan jika yang ditandai الْمَذْهَبُ adalah pendapat yang disebut طَرِيقِ الْخِلَافِ maka terdapat istilah طريق الخلاف الموافق للطريق القطع dan طريق الخلاف المخالف للطريق القطع , maksud طريق الخلاف الموافق للطريق القطع adalah pendapat yang ditandai الْمَذْهَبُ sama isinya dengan طَرِيقُ الْقَطْعِ dan maksud طريق الخلاف المخالف للطريق القطع adalah pendapat yang ditandai الْمَذْهَبُ berbeda isinya dengan طَرِيقُ الْقَطْعِ @
( وَحَيْثُ أَقُولُ النَّصُّ فَهُوَ نَصُّ
الشَّافِعِيِّ رَحِمَهُ اللَّهُ وَيَكُونُ هُنَاكَ ) أَيْ مُقَابِلُهُ ( وَجْهٌ
ضَعِيفٌ أَوْ قَوْلٌ مُخَرَّجٌ ) مِنْ نَصٍّ لَهُ فِي نَظِيرِ الْمَسْئَلَةِ لَا
يُعْمَلُ بِهِ .
( dan sekira tempat
aku berkata النَّصُّ
niscaya maka dianya النَّصُّ itu nash imam syafi’i, semoga
merahmati akannya imam syafi’i oleh allah, dan adalah disana ) artinya yang
berlawanannya ( itu وَجْهٌ
yang lemah atau قَوْلٌ مُخَرَّجٌ
) dari pada nash baginya imam syafi’i pada
kedudukan masalah yang tidak boleh diamalkan dengannya .@ النَّصُّ adalah pendapat imam syafi’i yang
hanya satu pada suatu persoalan, قَوْلٌ مُخَرَّجٌ adalah pendapat yang difahami ashabi dari perkataan
imam syafi’i ketika imam syafi’i menjawab dengan النَّصُّ yang berbeda pada setiap persoalan dari dua persoalan yang berbeda, namun karena
terdapat sisi kesamaan dari dua persoalan tersebut dan tidak dhahir perbedaan
diantara persoalan keduanya dalam pemahaman para ashabi, maka ashabi menyebut
bahwa pada setiap persoalan terdapat dua pendapat imam syafi’i, kemudian pada
sebahagian tempat diibaratبالنقل dengan maksud النَّصُّ dan بالتخريج dengan maksud قَوْلٌ مُخَرَّجٌ @
( وَحَيْثُ أَقُولُ الْجَدِيدُ فَالْقَدِيمُ خِلَافُهُ
أَوْ الْقَدِيمُ أَوْ فِي قَوْلٍ قَدِيمٍ فَالْجَدِيدُ خِلَافُهُ ) . وَالْقَدِيمُ مَا
قَالَهُ الشَّافِعِيُّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ بِالْعِرَاقِ ، وَالْجَدِيدُ مَا
قَالَهُ بِمِصْرَ ، وَالْعَمَلُ عَلَيْهِ إلَّا فِيمَا يُنَبِّهُ عَلَيْهِ
كَامْتِدَادِ وَقْتِ الْمَغْرِبِ إلَى مَغِيبِ الشَّفَقِ الْأَحْمَرِ فِي
الْقَدِيمِ كَمَا سَيَأْتِي .
( dan sekira tempat
aku berkata الْجَدِيدُ
niscaya maka الْقَدِيمُ itu kebalikannya atau # sekira
tempat aqu berkata # الْقَدِيمُ
atau فِي قَوْلٍ قَدِيمٍ niscaya maka الْجَدِيدُ itu kebalikannya ) dan الْقَدِيمُ itu pendapat yang berkata akannya
oleh imam syafi’i, semoga merahmati oleh allah dari padanya, saat berada
diwilayah iraq, dan الْجَدِيدُ
itu pendapat yang
berkata ia nya imam syafi’i akannya saat berada diwilayah mesir, dan beramal
itu atasnya الْجَدِيدُ
kecuali pada perkara
yang memberi tahu ia musannif # imam nawawi # atasnya perkara, seperti
berkepanjangan waktu shalat magrib hingga terbenam syafa’k yang merah # mega
lembayung # pada pendapat الْقَدِيمِ
seperti perkara yang
selagi akan datang. @ الْقَدِيمِ
adalah pendapat yang
difatwa imam syafi’i semasa di iraq dan الْجَدِيدُ adalah pendapat yang difatwa imam
syafi’i semasa di mesir, istilah ini umumnya diperdapati pada fatwa imam
syafi’i yang berlainan ketika berada di iraq dan di mesir dan terkadang juga
istilah ini diperdapati pada fatwa imam syafi’i yang sama ketika berada diiraq
dan dimesir ,penyebab imam syafi’i berlainan fatwa adalah berdasarkan perbedaan
sejumlah dalil yang ia diperdapati ketika mengeluarkan fatwa @
(
وَحَيْثُ أَقُولُ : وَقِيلَ كَذَا ، فَهُوَ وَجْهٌ ضَعِيفٌ ، وَالصَّحِيحُ أَوْ
الْأَصَحُّ خِلَافُهُ وَحَيْثُ أَقُولُ : وَفِي قَوْلٍ كَذَا فَالرَّاجِحُ
خِلَافُهُ ) وَيَتَبَيَّنُ قُوَّةُ الْخِلَافِ وَضَعْفُهُ مِنْ مُدْرَكِهِ
( dan sekira tempat
aku berkata وَقِيلَ كَذَا
niscaya maka dianya وَقِيلَ كَذَا itu pendapat وَجْهٌ yang lemah, dan الصَّحِيحُ atau الْأَصَحُّ itu kebalikannya, dan sekira
tempat aku berkata وَفِي قَوْلٍ كَذَا
niscaya maka pendapat
yang kuat itu kebalikannya) dan nyatalah kuat khilaf dan lemahnya khilaf dari
dalinya.
( وَمِنْهَا مَسَائِلُ نَفِيسَةٌ
أَضُمُّهَا إلَيْهِ ) أَيْ إلَى الْمُخْتَصَرِ فِي مَظَانِّهَا ( يَنْبَغِي أَنْ
لَا يُخْلَى الْكِتَابُ ) أَيْ الْمُخْتَصَرُ وَمَا يُضَمُّ إلَيْهِ ( مِنْهَا )
صَرَّحَ بِوَصْفِهَا الشَّامِلِ لَهُ مَا تَقَدَّمَ ، وَزَادَ عَلَيْهِ إظْهَارًا
لِلْعُذْرِ فِي زِيَادَتِهَا فَإِنَّهَا عَارِيَّةٌ
عَنْ التَّنْكِيتِ بِخِلَافِ مَا قَبْلَهَا
( dan sebahagian dari
padanya nafaisul musstajadat itu مَسَائِلُ نَفِيسَةٌ
yang aku campur akannya masalah kedalamnya ) artinya kedalam mukhtasar pada
tempat yang dianggap perlunya مَسَائِلُ نَفِيسَةٌ
( yang seyogia oleh bahwa tiada
sunyilah kitab ) artinya mukhtasar dan perkara yang dicampurkan kedalamnya
mukhtasar # nafaisul musstajadat # ( dari padanya مَسَائِلُ نَفِيسَةٌ) menyebut jelas ia
musannif # imam nawawi # dengan sifatnya مَسَائِلُ نَفِيسَةٌ
yang melengkapi
baginya sifat oleh perkara # nafaisul musstajadat # yang telah terdahulu
ia perkara dan melebih ia musannif atasnya perkara terdahulu karena
mengdhahirkan bagi memohon ma’af pada melebihkanya مَسَائِلُ نَفِيسَةٌ , karena bahwa sungguhnya
melebihkan مَسَائِلُ نَفِيسَةٌ
itu sunyi dari pada
mengkritik # imam rafi’i #, dengan kebalikan perkara # nafaisul musstajadat
# sebelumnya.
( وَأَقُولُ فِي أَوَّلِهَا قُلْت وَفِي آخِرِهَا ، وَاَللَّهُ أَعْلَمُ )
لِتَتَمَيَّزَ عَنْ مَسَائِلِ الْمُحَرَّرِ ، وَقَدْ قَالَ مِثْلَ ذَلِكَ فِي
اسْتِدْرَاكِ التَّصْحِيحِ عَلَيْهِ ، وَقَدْ زَادَ عَلَيْهِ مِنْ غَيْرِ
تَمْيِيزٍ كَقَوْلِهِ فِي فَصْلِ الْخَلَاءِ وَلَا يَتَكَلَّمُ
( dan aku berkata
pada permulaan nya masailun nafisah
قُلْتُ
dan pada akhirnya masailun nafisah وَاَللَّهُ أَعْلَمُ
) supaya
terbeda ia masailun nafisah dari
pada sejumlah masalah dalam muharrar, dan sungguh berkata ia musannif akan
seumpama demikian # permulaan قُلْتُ
dan akhirnya وَاَللَّهُ أَعْلَمُ # pada menukar # membalek #
tasheh atasnya muharrar, dan terkadang melebih ia musannif atasnya
muharrar dari pada tiada membedakan # memberitahu bahwa itu yang dilebih dari muharrar
# seperti perkataannya musannif pada فَصْلِ الْخَلَاءِ
“ وَلَا يَتَكَلَّمُ
“ # juz I hal 41 #.
( وَمَا وَجَدْته ) أَيُّهَا النَّاظِرُ فِي هَذَا الْمُخْتَصَرِ ( مِنْ
زِيَادَةِ لَفْظَةٍ وَنَحْوِهَا عَلَى مَا فِي الْمُحَرَّرِ فَاعْتَمِدْهَا فَلَا
بُدَّ مِنْهَا ) كَزِيَادَةِ كَثِيرٍ وَفِي عُضْوٍ ظَاهِرٍ فِي قَوْلِهِ فِي
التَّيَمُّمِ إلَّا أَنْ يَكُونَ بِجُرْحِهِ دَمٌ كَثِيرٌ أَوْ الشَّيْنُ
الْفَاحِشُ فِي عُضْوٍ ظَاهِرٍ .
(
وَكَذَا مَا وَجَدْته مِنْ الْأَذْكَارِ مُخَالِفًا لِمَا فِي الْمُحَرَّرِ
وَغَيْرِهِ مِنْ كُتُبِ الْفِقْهِ فَاعْتَمِدْهُ فَإِنِّي حَقَّقْته مِنْ كُتُبِ
الْحَدِيثِ الْمُعْتَمَدَةِ ) فِي نَقْلِهِ لِاعْتِنَاءِ أَهْلِهِ بِلَفْظِهِ
بِخِلَافِ الْفُقَهَاءِ فَإِنَّهُمْ يَعْتَنُونَ غَالِبًا بِمَعْنَاهُ
( dan perkara yang
engkau perdapati akannya perkara ) wahai orang yang teliti pada ini mukhtasar (
dari pada melebihkan lafadh dan seumpamanya atas perkara didalam muharrar,
maka berpegah teguh olehmu akannya lafadh, maka tiada boleh tidak dari padanya
lafadh yang dilebihkan ) seperti melebih lafadh كَثِيرٍ dan lafadh فِي عُضْوٍ ظَاهِرٍ
pada perkataanya
musannif didalam pembahasan tayamum إلَّا أَنْ يَكُونَ
بِجُرْحِهِ دَمٌ كَثِيرٌ أَوْ الشَّيْنُ الْفَاحِشُ فِي عُضْوٍ ظَاهِرٍ
# juz I hal 97 # ( dan seperti demikian, itu perkara yang engkau perdapati
akannya dari pada sejumlah zikir hal keadaan berlawanan bagi perkara didalam muharrar
dan lainnya dari pada sejumlah kitab fiqah, maka berpegah teguh oleh mu akannya
zikir, maka bahwa sungguh aku # imam nawawi # telah aku pastikan akannya zikir
dari sejumlah kitab hadish yang menjadi pegangan ) pada menakalnya zikir,
karena menganggap penting oleh ahlinya zikir dengan lafadhnya zikir, dengan
kebalikan ahli fiqah, maka bahwa sungguh mereka itu ahli fiqah menganggap
penting oleh mereka itu pada kebiasaannya dengan maknanya lafadh.
( وَقَدْ أُقَدِّمُ بَعْضَ مَسَائِلِ الْفَصْلِ لِمُنَاسِبَةٍ أَوْ اخْتِصَارٍ
وَرُبَّمَا قَدَّمْت فَصْلًا لِلْمُنَاسِبَةِ ) كَتَقْدِيمِ فَصْلِ التَّخْيِيرِ
فِي جَزَاءِ الصَّيْدِ عَلَى فَصْلِ الْفَوَاتِ وَالْإِحْصَارِ ( وَأَرْجُو إنْ
تَمَّ هَذَا الْمُخْتَصَرُ ) وَقَدْ تَمَّ وَلِلَّهِ الْحَمْدُ ( أَنْ يَكُونَ فِي
مَعْنَى الشَّرْحِ لِلْمُحَرَّرِ فَإِنِّي لَا أَحْذِفُ ) أَيْ أُسْقِطُ ( مِنْهُ
شَيْئًا مِنْ الْأَحْكَامِ أَصْلًا وَلَا مِنْ الْخِلَافِ وَلَوْ كَانَ وَاهِيًا )
أَيْ ضَعِيفًا جِدًّا مَجَازًا عَنْ السَّاقِطِ
( dan terkadang aku dahului akan sebahagian masalah fasal karena untuk kesesuaian atau untuk
meringkas, dan terkadang aku dahulukan fasal karena untuk kesesuaian ) seperti mendahulukan
fasal boleh memilih pada denda
berburu # juz II hal 144 # atas fasal
luput haji dan ditahan # juz II hal147 # ( dan aku berharap jika
sempurna lah ini mukhtasar ) dan sungguh telah sempurna, dan bagi allah itu
segala pujian ( akan bahwa ada ia mukhtasar itu pada makna syarah bagi kitab muharrar,
karena bahwa sungguh aku, tiada aku buang ) artinya aku gugurkan ( dari padanya
muharrar akan sesuatu dari pada sejumlah hukum, sekali - kali dan tidak # aku buang sesuatu # dari pada khilaf,
sekalipun ada ia khilaf itu yang lemah ) artinya yang lemah sekali # ibarat وَاهِيًا # majazh dari # yang dikehendaki
# السَّاقِطِ .
( مَعَ مَا ) أَيْ آتِي بِجَمِيعِ مَا اشْتَمَلَ عَلَيْهِ مَصْحُوبًا بِمَا (
أَشَرْت إلَيْهِ مِنْ النَّفَائِسِ ) الْمُتَقَدِّمَةِ ( وَقَدْ شَرَعْتُ ) مَعَ
الشُّرُوعِ فِي هَذَا الْمُخْتَصَرِ ( فِي جَمْعِ جُزْءٍ لَطِيفٍ عَلَى صُورَةِ
الشَّرْحِ لِدَقَائِقَ هَذَا الْمُخْتَصَرِ ) مِنْ حَيْثُ الِاخْتِصَارُ (
وَمَقْصُودِي بِهِ التَّنْبِيهُ عَلَى الْحِكْمَةِ فِي الْعُدُولِ عَنْ عِبَارَةِ
الْمُحَرَّرِ وَفِي إلْحَاقِ قَيْدٍ أَوْ حَرْفٍ ) فِي الْكَلَامِ ( أَوْ شَرْطٍ
لِلْمَسْأَلَةِ وَنَحْوِ ذَلِكَ ) مِمَّا بَيَّنَهُ
( beserta perkara )
artinya aku datangkan dengan sekalian perkara yang melengkapi ia mukhtasar
atasnya perkara, hal keadaan mukhtasar itu menyertai dengan perkara # nafaisul
musstajadat # ( yang telah aku beritahu kepadanya perkara, dari pada
sejumlah perkara penting ) yang terdahulu ia # nafaisul musstajadat # (
dan sungguh aku masuki ) beserta memasuki dalam # mengarang # ini mukhtasar (
pada menghimpun bahagian yang kecil # penting # atas bentuk syarah karena
sangat halus # rumit dan tersembunyi pemahamannya # ini mukhtasar ) dari segi
bentuk ringkasan ( dan maksud aku dengannya mengarang kitab yang menghimpun
bahagian yang kecil itu memberi tahu atas hikmah pada berpaling dari pada ibarat
muharrar, dan pada menghubung kaid atau huruf ) pada kalam ( atau syarat
bagi masalah dan seumpama demikian) dari pada perkara yang menjelaskan ia
musannif akannya perkara. @ disa’at imam nawawi sedang mengarang kitab منهاج الطالبين beliau juga mengarang kitab kecil yang
menjelaskan tentang maksud sejumlah ibarat penting yang terdapat didalam ibarat
kitab منهاج الطالبين , seperti
hikmah menukar ibarat, hikmah menambah kaid, hikmah menambah huruf, hikmah
menambah syarat dan lainnya, kitab kecil tersebut bernama دقائق المنهاج. dan sebahagian banyak isi kitab
دقائق المنهاج telah disebutkan didalam ibarat قليوبى dan عميرة @
( وَأَكْثَرُ ذَلِكَ مِنْ الضَّرُورِيَّاتِ
الَّتِي لَا بُدَّ مِنْهَا ) وَمِنْهُ مَا لَيْسَ بِضَرُورِيٍّ ، وَلَكِنَّهُ
حَسَنٌ كَمَا قَالَهُ فِي زِيَادَةِ لَفْظَةِ الطَّلَاقِ فِي قَوْلِهِ فِي
الْحَيْضِ : فَإِذَا انْقَطَعَ لَمْ يَحِلَّ قَبْلَ الْغُسْلِ غَيْرُ الصَّوْمِ
وَالطَّلَاقِ ، فَإِنَّ الطَّلَاقَ لَمْ يُذْكَرْ قَبْلُ فِي الْمُحَرَّمَاتِ .
( dan
kebanyakan demikian # sejumlah perkara penting yang disebutkan didalam kitab دقائق المنهاج # itu dari dharurah yang tiada
boleh tidak dari padanya ) dan sebahagiannya itu perkara yang tidak ia itu
dharurah, dan tetapi nya itu bagus ia, seperti perkara yang berkata ia musannif
akannya, pada melebihkan lafadh الطَّلَاقِ
pada perkataannya
musannif dalam pembahasan haid “فَإِذَا انْقَطَعَ
لَمْ يَحِلَّ قَبْلَ الْغُسْلِ غَيْرُ الصَّوْمِ وَالطَّلَاقِ
“, karena bahwa sungguh الطَّلَاقِ
tidak disebutkan akannya sebelumnya pada sejumlah perkara yang diharamkan.# juz
I hal 100 #
( وَعَلَى اللَّهِ الْكَرِيمِ اعْتِمَادِي ) فِي تَمَامِ هَذَا الْمُخْتَصَرِ
بِأَنْ يُقَدِّرَنِي عَلَى إتْمَامِهِ كَمَا أَقْدَرَنِي عَلَى ابْتِدَائِهِ بِمَا
تَقَدَّمَ عَلَى وَضْعِ الْخُطْبَةِ فَإِنَّهُ لَا يَرُدُّ مَنْ سَأَلَهُ
وَاعْتَمَدَ عَلَيْهِ ، ( وَإِلَيْهِ تَفْوِيضِي وَاسْتِنَادِي ) فِي ذَلِكَ
وَغَيْرِهِ ، فَإِنَّهُ لَا يَخِيبُ مَنْ قَصَدَهُ وَاسْتَنَدَ إلَيْهِ ، ثُمَّ
قَدَّرَ وُقُوعَ الْمَطْلُوبِ بِرَجَاءِ الْإِجَابَةِ فَقَالَ :
( dan atas
allah yang mulia itu tempat pegangan ku ) pada menyempurna ini mukhtasar,
dengan bahwa mengkuasakan ia allah akan aku diatas menyempurnakan nya mukhtasar
sebagaimana perkara yang telah menguasakan ia allah akan aku diatas memulainya
perkara, dengan perkara yang telah terdahulu ia perkara atas membuat khutbah,
karena bahwa sungguhnya allah tiada menolak ia akan seseorang yang meminta ia
seseorang akanya allah dan berpegang teguh ia seseorang atasnya allah ( dan
kepadanya allah itu tempat menyerahkan diriku dan tempat bersandar diriku )
pada demikian menyempurnakan dan lainya, karena bahwa sungguhnya allah tiada
mengkhianati ia akan seseorang yang bermaksud ia seseorang akannya allah dan
yang bersandar ia seseorang kepadanya allah, kemudian mengtakdir ia musannif
akan tercapai yang diharapkan, dengan mengharap diterima, maka berkata ia
musannif :
( وَأَسْأَلُهُ النَّفْعَ بِهِ ) أَيْ بِالْمُخْتَصَرِ فِي الْآخِرَةِ ( لِي )
بِتَأْلِيفِهِ ( وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِينَ ) أَيْ بَاقِيهِمْ بِأَنْ
يُلْهِمَهُمْ الِاعْتِنَاءَ بِهِ بَعْضُهُمْ بِالِاشْتِغَالِ بِهِ كَكِتَابَةٍ
وَقِرَاءَةٍ وَتَفَهُّمٍ وَشَرْحٍ ، وَبَعْضُهُمْ بِغَيْرِ ذَلِكَ كَالْإِعَانَةِ
عَلَيْهِ بِوَقْفٍ أَوْ نَقْلٍ إلَى الْبِلَادِ أَوْ غَيْرِ ذَلِكَ وَنَفْعُهُمْ
يَسْتَتْبِعُ نَفْعَهُ أَيْضًا لِأَنَّهُ سَبَبٌ فِيهِ
( dan aku meminta akan allah akan
bermanfa’at dengannya ) artinya dengan mukhtasar pada akhirat ( bagiku ) dengan
sebab mengarangnya mukhtasar ( dan bagi seluruh muslimin ) artinya yang masih
hidup mereka itu, dengan bahwa mengilhami ia allah akan mereka itu akan
menganggap penting dengannya mukhtasar, sebahagian mereka itu #menggangap
penting # dengan bergelut dengan nya mukhtasar seperti menulis dan membaca dan
memahami dan menjelaskan, dan sebahagian mereka itu dengan selain demikian,
seperti membantu atasnya mukhtasar dengan mewaqaf atau mengangkut kedalam
negeri atau selain demikian, dan manfa’at dari mereka, itu mengikuti #
menghasilkan # ia manfa’at akan manfa’atnya mukhtasar pula, karenanya manfa’at
mereka itu sebab padanya manfa’at mukhtasar.
( وَرِضْوَانَهُ عَنِّي وَعَنْ أَحِبَّائِي ) بِالتَّشْدِيدِ وَالْهَمْزِ
جَمْعُ حَبِيبٍ أَيْ مَنْ أُحِبُّهُمْ ( وَجَمِيعِ الْمُؤْمِنِينَ ) مِنْ عَطْفِ
الْعَامِّ عَلَى بَعْضِ أَفْرَادِهِ تَكَرَّرَ بِهِ الدُّعَاءَ لِذَلِكَ الْبَعْضِ
الَّذِي مِنْهُ الْمُصَنِّفُ رَحِمَهُ اللَّهُ تَعَالَى
( dan akan keridhaan nya allah
dari pada aku dan dari pada sejumlah kekasihku ) dibaca # أَحِبَّائِي # dengan bentuk tasydit dan
hamzah, itu jamak dari حَبِيبٍ
artinya orang yang aku kasihi akan mereka itu
( dan dari pada sekalian mukmini ) # ibarat وَجَمِيعِ
الْمُؤْمِنِينَ # dari a’taf umum atas sebahagian
afradnya umum, mengulangi ia musannif dengannya menyebut # secara a’taf umum
atas sebahagian afrad # akan sebagai doa
bagi demikian sebahagian, yang diantaranya adalah musannif # imam nawawi #,
semoga merahmati akannya musannif oleh allah yang maha tinggi.
-
Alhamdulillah, dan
terimakasih untuk semua guru dan sahabat kami atas segala bentuk motivasi,
kritik dan sarannya.
-
Ini hanyalah sebatas terjemah biasa, sangat
mohon maaf jika banyak terdapat kekurangan dan kekeliruan, Terjemahan disengaja sangat tradisional, agar lebih memudahkan
untuk memahami ibarat aslinya secara utuh, Kode (...) terjemah matan, kode
#...# pemahaman, kode @...@ penjelasan, selainnya terjemah syarah
- Jika menemukan kekeliruan, mohon
berkenan mengirim saran dan kritik melalui email tgk_akthaillah@yahoo.com
atau akthaillah@gmail.com
dan jika bermanfa’at, terjemah ini dapat di akses di http://www.naungansuci.blogspot.com
dan diizinkan untuk diperbanyak, namun sangat kami berharap agar tidak
menambah atau mengurangi tulisan kami.
- Dilembaran terakhir ini, kami
lampirkan khutbah matan منهاج الطالبين supaya mudah bagi yang ingin menghafalnya, Referensi matan kitab , مطبعة مصطفى البانى
الحلبى و أولاده cetakan ke II tahun 1354 H / 1934 M
Semoga mudah untuk dihafal...
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ, الْحَمْدُ لِلَّهِ الْبَرِّ الْجَوَادِ الَّذِي جَلَّتْ
نِعَمُهُ عَنْ الْإِحْصَاءِ بِالْأَعْدَادِ { وَإِنْ تَعُدُّوا نِعْمَةَ اللَّهِ
لَا تُحْصُوهَا } الْمَانِّ بِاللُّطْفِ وَالْإِرْشَادِ الْهَادِي إلَى سَبِيلِ
الرَّشَادِ الْمُوَفِّقِ لِلتَّفَقُّهِ فِي الدِّينِ مَنْ لَطَفَ بِهِ
وَاخْتَارَهُ مِنْ الْعِبَادِ ,أَحْمَدُهُ أَبْلَغَ حَمْدٍ وَأَكْمَلَهُ وَأَزْكَاهُ وَأَشْمَلَهُ وَأَشْهَدُ
أَنْ لَا إلَهَ إلَّا اللَّهُ الْوَاحِدُ الْغَفَّارُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا
عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ الْمُصْطَفَى الْمُخْتَارُ صَلَّى اللَّه وَسَلَم عَلَيْهِ
وَزَادَهُ فَضْلًا وَشَرَفًا لَدَيْهِ
أَمَّا بَعْدُ فَإِنَّ الِاشْتِغَالَ بِالْعِلْمِ مِنْ أَفْضَلِ الطَّاعَاتِ
وَ أَوْلَى مَا أُنْفِقَتْ فِيهِ نَفَائِسُ الْأَوْقَاتِ وَقَدْ أَكْثَرَ
أَصْحَابُنَا رَحِمَهُمُ اللَّهُ مِنْ التَّصْنِيفِ مِنْ الْمَبْسُوطَاتِ
وَالْمُخْتَصَرَاتِ وَأَتْقَنُ مُخْتَصَرٍ الْمُحَرَّرُ لِلْإِمَامِ أَبِي
الْقَاسِم الرَّافِعِيِّ رَحِمَهُ اللَّهُ تَعَالَى ذِي التَّحْقِيقَاتِ وَهُوَ
كَثِيرُ الْفَوَائِدِ عُمْدَةٌ فِي تَحْقِيقِ الْمَذْهَبِ مُعْتَمَدٌ لِلْمُفْتِي وَغَيْرِهِ
مِنْ أُولِي الرَّغَبَاتِ
وَقَدْ الْتَزَمَ مُصَنِّفُهُ رَحِمَهُ اللَّهُ أَنْ يَنُصَّ عَلَى مَا
صَحَّحَهُ مُعْظَمُ الْأَصْحَابِ وَوَفَّى بِمَا الْتَزَمَهُ وَهُوَ مِنْ أَهَمِّ
أَوْ أَهَمُّ الْمَطْلُوبَاتِ لَكِنْ فِي حَجْمِهِ كَبُرَ يَعْجِزُ حِفْظَهُ
أَكْثَرُ أَهْلِ الْعَصْرِ إلَّا بَعْضَ أَهْلِ الْعِنَايَاتِ فَرَأَيْت
اخْتِصَارَهُ فِي نَحْوِ نِصْفِ حَجْمِهِ لِيَسْهُلَ حِفْظُهُ مَعَ مَا أَضُمُّهُ
إلَيْهِ إنْ شَاءَ اللَّهُ تَعَالَى مِنْ النَّفَائِسِ الْمُسْتَجَادَاتِ
مِنْهَا التَّنْبِيهُ عَلَى قُيُودٍ فِي بَعْضِ الْمَسَائِلِ هِيَ مِنْ
الْأَصْلِ مَحْذُوفَاتٌ وَمِنْهَا مَوَاضِعُ يَسِيرَةٌ ذَكَرَهَا فِي الْمُحَرَّرِ
عَلَى خِلَافِ الْمُخْتَارِ فِي الْمَذْهَبِ كَمَا سَتَرَاهَا إنْ شَاءَ اللَّهُ
تَعَالَى وَاضِحَاتٍ وَمِنْهَا إبْدَالُ مَا كَانَ مِنْ أَلْفَاظِهِ غَرِيبًا أَوْ
مُوهِمًا خِلَافَ الصَّوَابِ بِأَوْضَحَ وَأَخْصَرَ مِنْهُ بِعِبَارَاتٍ
جَلِيَّاتٍ وَمِنْهَا بَيَانُ الْقَوْلَيْنِ وَالْوَجْهَيْنِ وَالطَّرِيقَيْنِ
وَالنَّصِّ وَمَرَاتِبِ الْخِلَافِ فِي جَمِيعِ الْحَالَاتِ
فَحَيْثُ أَقُولُ فِي الْأَظْهَرِ أَوْ الْمَشْهُورِ فَمِنْ الْقَوْلَيْنِ
أَوْ الْأَقْوَالِ فَإِنْ قَوِيَ الْخِلَافُ
قُلْت الْأَظْهَرُ وَإِلَّا فَالْمَشْهُورُ وَحَيْثُ أَقُولُ الْأَصَحُّ
أَوْ الصَّحِيحُ فَمِنْ الْوَجْهَيْنِ أَوْ
الْأَوْجُهِ فَإِنْ قَوِيَ الْخِلَافُ قُلْت الْأَصَحُّ وَإِلَّا فَالصَّحِيحُ
وَحَيْثُ أَقُولُ الْمَذْهَبُ فَمِنْ الطَّرِيقَيْنِ أَوْ الطُّرُقِ وَحَيْثُ
أَقُولُ النَّصُّ فَهُوَ نَصُّ الشَّافِعِيِّ رَحِمَهُ اللَّهُ وَيَكُونُ هُنَاكَ
وَجْهٌ ضَعِيفٌ أَوْ قَوْلٌ مُخَرَّجٌ وَحَيْثُ أَقُولُ الْجَدِيدُ فَالْقَدِيمُ خِلَافُهُ
أَوْ الْقَدِيمُ أَوْ فِي قَوْلٍ قَدِيمٍ فَالْجَدِيدُ خِلَافُهُ وَحَيْثُ أَقُولُ
: وَقِيلَ كَذَا ، فَهُوَ وَجْهٌ ضَعِيفٌ ، وَالصَّحِيحُ أَوْ الْأَصَحُّ
خِلَافُهُ وَحَيْثُ أَقُولُ وَفِي قَوْلٍ كَذَا فَالرَّاجِحُ خِلَافُهُ
وَمِنْهَا مَسَائِلُ نَفِيسَةٌ أَضُمُّهَا إلَيْهِ يَنْبَغِي أَنْ لَا يُخْلَى الْكِتَابُ مِنْهَا
وَأَقُولُ فِي أَوَّلِهَا قُلْت وَفِي آخِرِهَا ، وَاَللَّهُ أَعْلَمُ وَمَا
وَجَدْته مِنْ زِيَادَةِ لَفْظَةٍ وَنَحْوِهَا عَلَى مَا فِي الْمُحَرَّرِ فَاعْتَمِدْهَا
فَلَا بُدَّ مِنْهَا وَكَذَا مَا وَجَدْته مِنْ الْأَذْكَارِ مُخَالِفًا لِمَا فِي
الْمُحَرَّرِ وَغَيْرِهِ مِنْ كُتُبِ الْفِقْهِ فَاعْتَمِدْهُ فَإِنِّي حَقَّقْته
مِنْ كُتُبِ الْحَدِيثِ الْمُعْتَمَدَةِ وَقَدْ أُقَدِّمُ بَعْضَ مَسَائِلِ
الْفَصْلِ لِمُنَاسِبَةٍ أَوْ اخْتِصَارٍ وَرُبَّمَا قَدَّمْت فَصْلًا
لِلْمُنَاسِبَةِ وَأَرْجُو إنْ تَمَّ هَذَا الْمُخْتَصَرُ أَنْ يَكُونَ فِي
مَعْنَى الشَّرْحِ لِلْمُحَرَّرِ فَإِنِّي لَا أَحْذِفُ مِنْهُ شَيْئًا مِنْ
الْأَحْكَامِ أَصْلًا وَلَا مِنْ الْخِلَافِ وَلَوْ كَانَ وَاهِيًا مَعَ مَا
أَشَرْتُ إلَيْهِ مِنْ النَّفَائِسِ
وَقَدْ شَرَعْتُ فِي جَمْعِ جُزْءٍ لَطِيفٍ عَلَى صُورَةِ الشَّرْحِ
لِدَقَائِقَ هَذَا الْمُخْتَصَرِ وَمَقْصُودِي بِهِ التَّنْبِيهُ عَلَى
الْحِكْمَةِ فِي الْعُدُولِ عَنْ عِبَارَةِ الْمُحَرَّرِ وَفِي إلْحَاقِ قَيْدٍ
أَوْ حَرْفٍ أَوْ شَرْطٍ لِلْمَسْأَلَةِ وَنَحْوِ ذَلِكَ وَأَكْثَرُ ذَلِكَ مِنْ الضَّرُورِيَّاتِ
الَّتِي لَا بُدَّ مِنْهَا وَعَلَى اللَّهِ الْكَرِيمِ اعْتِمَادِي وَإِلَيْهِ
تَفْوِيضِي وَاسْتِنَادِي وَأَسْأَلُهُ النَّفْعَ بِهِ لِي وَلِسَائِرِ
الْمُسْلِمِينَ وَرِضْوَانَهُ عَنِّي وَعَنْ أَحِبَّائِي وَجَمِيعِ الْمُؤْمِنِينَ
seorang yang
masih belum lama menikmati garam kehidupan dan terus berusaha untuk menabur
sedikit warna dalam kehidupan
semoga bermanfa'at...
asslm...setelah saya cermati terjemahan khutbah
mahally ini saya merespon baik, dan jarang dilakukan para santri dan guru dayah
di Aceh, cuma terjemahannya masih terikat dengan kalimat dan belum berbentuk
terjemahan bebas, tentunya mesti dilengkapi dengan penjelasan ulang terhadap
uraiannya. banyak kitab- kitab klasik sekarang sudah diterjemahkan, seperti :
tafsir jalalain, fathu al-mu'ien bahkan al -um dll..tapi terjemahan bebas yang
langsung dapat dikonsumsikan segenap lapisan. mudah-mudahan kedepan ada
perkembangan, dan semoga bermamfaat..amin...
trmksh tgk mulyadi...saran tgk sangat baik untuk
saya...ini disengaja sangat sederhana dan tradisional krn target memahami teks
asli dengan paduan ilmu nahu, tidak bertujuan untuk terjemahan untuk
umum,,,insya allah semoga suatu saat saya bisa berkesempatan menterjemahkan
dengan bahasa umum....
Askm tgk,sebalik tgk mulyadi lon galak that terjemaha
droneuh,teruskan guree,ini yg saya tunggu2 dari dulu,i support you,min yusri
sampoiniet
wa'alaikum salam dokter tgk
yusri,,,,terimakasih...semoga bermanfa'at.....amien
Assalamu'alaikum Tgk,
mohon izin untuk mencetak, sebagai bahan bacaan
mohon izin untuk mencetak, sebagai bahan bacaan
Penyejuk Jiwa
Pengembara
Bacaan Populer
Tgk Akthaillah bin Tgk H M Daud Syafi’e Santri Dayah
Al-Madinatuddiniyah Babussalam Blang Bladeh بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ ...
Memahami Ibarat Kitab Al-Mahalli Oleh : Tgk Akthaillah
bin Tgk H M Daud Syafi’e Staf PengajarDayah Al-Madinatuddiniyah Babussalam ...
mahabbah adalah satu kata yg sangat universal,banyak
penafsiran dari kata mahabbah,terlepas dari berbagai penafsiran,namun subtansi
dari...
Disuatu hari ketika sinar matahari semakin
menyengat,aq melihat seorang pemulung sedang memungut botol2 bekas minuman di
recyclebin,bajunya...
Oleh: Beribadah sepanjang hidup Surah Al-hijir
ayat 99 وَاعْبُدْ رَبَّكَ حَتَّى يَأْتِيَكَ الْيَقِينُ Mayoritas mufasir
mengataka...
Pohon bambu adalah salah satu tumbuhan yang sering
diperdapati disekelilng kita,ia memiliki berbagai pesan pembelajaran untuk
kehidupan ...
Alhikam halaman 37 Berkata abu sulaiman addarany Jika
allah memberiku diantara dua pilihan,untuk menempati syurga firdaus kah atau
u...
Kentang goreng menitip pelajaran kehidupan Suatu pagi,
seorang gadis terburu-buru menuju airport karena takut ketinggalan pesawat,
setel...
Featured Content Slider
Harapan ayah
dan bunda
SAHABAT BLOGGER
Pengembara
lemari kecil
lemari kecil
Tidak ada komentar:
Posting Komentar